Sarana Berbagi Ilmu

Sunday 22 November 2015

KEGIATAN HARI INI

Hari ini kita lagi kerjakan analisa sampel proximate

CURHATKU

Saat hembusan malam menghampiriku, kuterbangun dari mimpi indah. Mimpi, yang membuat hidupku damai dan tentram , tak ada masalah. Ini cuman mimpi, ...kembali memikirkan masalah yang datang silih berganti.

Hargai orang yang lebih lemah

Rasa tidak nyaman ketika seseorang yang dianggap lemah, namun kenyataannya dia lebih hebat dari kita. So, jangan meremehkan orang yang terlihat lemah, karena mungkin dia punya banyak kemampuan dibanding kita.

Monday 16 November 2015

Hari ini

Awal pertama kerja di sebuah perusahaan bidang jasa yang terletak di kalimantan timur. Pertama kali hidup sendiri di kampung orang demi mencari sesuap nasi. Pada awalnya  terasa waktu begitu lama, dan sangat membosankan. Saat waktu sore, rasanya begitu menyedihkan ingin menangis, sungguh tak sanggup.
Hari demi hari, perasaan yang membosankan sedikit demi sedikit sudah hilang.

Sunday 15 November 2015

Analisa Ash Fusion Temperature (AFT)


Ash Fusion Temperature yaitu menggambarkan karakteristik pelunakan dan pelelehan ash, dan diukur  menurut standar prosedur tertentu dengan cara pemanasan secara gradual terhadap sample yang sudah disiapkan dalam bentuk cone untuk selanjutnya diamati profil perubahannya.
Gambar: Ash yang dicetak berbntuk piamida
Kondisi ketika pengujian Ash Fusion Temperature dijalankan harus benar-benar reducing (campuran hidrogen dengan karbon dioksida) atau benar-benar oxidizing (udara atau karbon dioksida). Dalam kondisi pembakaran yang menyala, atmosfir yang mengenai sebuah mineral dapat segera berubah dari benar-benar reducing, ketika karbon dibakar, menjadi oxidizing, ketika pembakaran sudah terjadi dan terdapat udara yang berlebih. Kontrak batubara Jepang selalu mencantumkan hasil-hasil oxidizing atmosphere. Kesulitan lain dalam perencanaan produksi adalah bahwa hasil-hasilnya bukan merupakan bahan tambahan. Boleh saja mencampur dua atau lebih batubara yang masing-masing sesuai dengan spesifikasi dan menghasilkan batubara yang tercampu dengan ash fusion temperatures yang lebih rendah dari setiap unsur. Dalam pengujian ini, abu batubara di cetak menjadi sebuah piramida dan diletakkan pada sebuah ubin tahan panas. Contoh tersebut dipanaskan pada 5°C per menit mulai 900°C sampai maksimum 1600°C. Suhu-suhu tersebut dicatat jika profil karakteristik seperti dalam Figure A.7 tercapai. Untuk membantu pengidentifikasian, digunakan analisis imej komputer, rekaman fotografi atau rekaman video terhadap perkembangan pengujian. Empat suhu dicatat : initial deformation, spherical hemispherical dan flow.

Gambar: Abu yang dihaluskan 
Mineral dalam batubara yang paling keras adalah kaolin (china clay). Penambahan oksida dasar, sodium, potassium, calcium atau magnesium menurunkantitik leleh. Ferrous iron  merupakan sebuah perubahan yang terus menerus dalam sistem silica/alumina. Efek dari penambahan ferric iron kurang diperhatikan. Inilah alasan pengujian dalam reducing atmosphere, dimana besi dikurangi dan oxidizing atmosphere, dimana besi teroksidasi. Hasil reducing atmosphere biasanya lebih rendah secara signifikan daripada oxidizing atmosphere. Unuma et al, (1986), menerbitkan sebuah penelitian tentang perubahan dalam struktur mineral

yang terjadi ketika abu batubara dipanaskan selama pengujian dan terbentuk ash fusion, clay content dan kandungan feldspar dalam abu batubara.
Nilai AFT tergantung pada mineral matter yang dikandung oleh batubara.  Pada batubara produksi, nilai AFT dapat dipengaruhi oleh dilusi atau material yang terbawa pada saat penambangan.  AFT tidak selalu dapat dikorelasikan dengan ash analysis, karena sebenarnya abu yang di gunakan pada saat pengujian bentuknya bukan oksida semuanya. Melainkan masih dalam bentuk mineral.

Kegunaan AFT
  1. Ash Fusion Temperature dalam utilisasi dijadikan indikasi karakteristik ash dalam pembakaran.
  2. Nilai AFT rendah tidak diinginkan dalam utilisasinya karena dianggap dapat menyebabkan slagging atau fouling pada pipa- pipa boiler.
  3. AFT juga digunakan dalam membuat rumus empiris untuk memprediksi kecenderungan terjadinya sla

Saturday 17 October 2015

Parameter-parameter Analisa Batu Bara

1. Mouiture
2. RM
3. ADL
4. AFT
5. Ash Analysist
6. HGI
7. CV
8. VM
9. Ash

Wednesday 11 June 2014

Contoh Laporan Pengendalian Proses Level


Pengendalian Level
1.  TUJUAN :
q  Mengetahui prinsip alat pengukur ketinggian level switch dan differential switch.
q  Mengetahui prinsip alat pengukur controller.
q  Untuk mengetahui karakterisitk masing – masing parameter pengendalian PID
q  Melakukan optimasi  parameter pengendalian dengan metode Tuning.
q  Melakukan optimasi dengan mode PSV
2.  DASAR TEORI :
Proses operasi dalam industri kimia bertujuan untuk mengoperasikan rangkaian peralatan sehingga proses dapat berjalan sesuai dengan satuan operasi yang berlaku. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan pengendalian. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses operasi teknik kimia seperti suhu (T), tekanan (P), laju alir (F) tinggi permukaan cairan (L), komposisi, pH, dan lain sebagainya. Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ketinggian suatu cairan merupakan salah satu hal yang harus dikendalikan dalam suatu industry kimia. Apabila ketinggian cairan tidak dikendalikan maka proses dalam industry akan terganggu. Jika ketinggian cairan melebihi ketinggian yang diinginkan maka akan terjadi overflow atau cairan akan meluap sehingga mengganggu atau daoat merusak alat-alat lain dan jika ketinggian cairan kurang dari ketinggian yang diinginkan maka proses tidak akan bekerja. Oleh karena itu ketinggian suatu cairan harus dikendalikan dalam suatu industry.
Jenis-jenis variable yang berperan dalam sistem pengendalian, yaitu:
1)        Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukkan keadaan sistem proses yang dikendalikan agar nilainya tetap atau berubah mengikuti alur tertentu (variable terkendali).
2)        Manipulated Variable (MV) adalah variable yang digunakan untuk melakukan koreksi atau mengendalikan PV (variable pengendali).
3)        Set Point (SP) adalah nilai variable proses yang diinginkan (nilai acuan).
4)        Gangguan (w) adalah variable masukan yang mampu mempengaruhi nilai PV tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan.
5)        Variable Keluaran Tak Dikendalikan adalah variable yang menunjukkan keadaan sistem proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.
Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian automik yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlibat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem control. Langkah-langkah sistem pengendalian proses adalah sebagai berikut:
a.         Mengukur
Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau mengamati nilai variable proses.
b.        Membandingkan
Hasil pengukuran atau pengamatan variable proses (nilai terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (set point).
c.         Mengevaluasi
Perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas perbedaan itu. Yang digunakan sebanyak tiga mode anatarai lain
                                1.          Level Switch
Pengukuran level menggunakan level switch umumnya digunakan di lapangan dengan prinsip kerja seperti pada sistem pengendali otomatis secara on-off dimana terdapat batas atas dan batas bawah  dengan range yang ditentukan. Batas atas dan batas bawah ini ditentukan oleh pelampung yang terbuat dari plastic yang menempel pada batang besi yang ketinggiannya dapat diatur sesuai keinginan. Apabila ketinggian air di bawah level switch ini maka pelampung berada pada batas bawahnya dan ketika ketinggian cairan meningkat maka akan membuat pelampung ini naik hingga batas atasnya.
                              2.            Differential Switch
Pengukuran level menggunakan differential switch memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan level switch, bedanya yaitu alat pengukur ketinggiannya. Differential switch terdiri dari dua buah batang elektroda yang dipasang berdekatan, dimana batang elektroda yang satu dipasang lebih panjang daripada elektroda yang lainnya dengan beda ketinggian 10 mm. Range dari batas atas dan batas bawahnya ditentukan oleh ketinggian kedua buah elektroda tadi. Elektroda yang lebih panjang berfungsi sebagai batas bawah dan elektroda yang lebih pendek berfungsi sebagai batas atasnya.

Berikut adalah gambar dari level switch dan differential switch yang digunakan dalam praktikum:




3.      Controller
Unit pengendali atau controller atau regulator yang bertugas membandingkan, mengevaluasi dan mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Hasil evalusi berupa sinyal kendali yang dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.
Pada controller bisaanya dilengkapi dengan control unit yang berfungsi untuk menentukan besarnya koreksi yang diperlukan. Unit ini mengubah error menjadi manipulated variable berupa sinyal. Sinyal ini kemudian dikirim ke unit pengendali akhir (final control element).


d.        Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variable proses, agar perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.
Untuk pelaksanan langkah-langkah pengendalian proses tersebut diperlukan instrumentasi sebagai berikut:
1.        Unit proses.
2.        Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai variable proses yang berupa besaran fisik atau kimia menjadi sinyal standar (sinyal pneumatic dan sinyal listrik).
Unit pengukuran ini terdiri atas:
a)         Sensor: elemen perasa (sensing element) yang langsung “merasakan” variable proses. Sensor merupakan bagian paling ujung dari sistem/unit pengukuran dalam sistem pengendalian. Contoh dari elemen perasa yang banyak dipakai adalah thermocouple, orificemeter, venturimeter, sensor elektromagnetik, dll.
b)        Transmitter atau tranducer: bagian yang menghitung variable proses dan mengubah sinyal dari sensor menjadi sinyal standar atau menghasilkan sinyal proporsional, seperti:
1 DC voltage 0-5 volt
1 DC current 4-20 mA
1 Pressure 3-15 psi
3.        Unit pengendali atau controller atau regulator yang bertugas membandingkan, mengevaluasi dan mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Hasil evalusi berupa sinyal kendali yang dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.
Pada controller bisaanya dilengkapi dengan control unit yang berfungsi untuk menentukan besarnya koreksi yang diperlukan. Unit ini mengubah error menjadi manipulated variable berupa sinyal. Sinyal ini kemudian dikirim ke unit pengendali akhir (final control element).
4.        Unit kendali akhir yang bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau tindakan koreksi melalui pengaturan variable termanipulasi. Unit kendali akhir ini terdiri atas:
a)         Actuator atau servo motor: elemen power atau penggerak elemen kendali akhir. Elemen ini menerima sinyal yang dihasilkan oleh controller dan mengubahnya ke dalam action proporsional ke sinyal penerima.
b)        Elemen kendali akhir atau final control element: bagian akhir dari sistem pengendalian yang berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan cara memanipulasi besarnya manipulated variable yang diperintahkan oleh controller. Contoh paling umum dari elemen kendali akhir adalah control valve (katup kendali).
Pengendalian level bisaanya digunakan untuk mengendalikan aliran air pada ketinggian tertentu dengan tekanan tertentu pada suatu tabung atau pipa.

Tipe-tipe pengendalian
q  Pengendali ON-OFF
Pengendali yang paling dasar adalah mode on-off atau sering disebut metode dua posisi. Jenis pengendali on-off ini merupakan contoh dari mode pengendali tidak terus menerus (diskontinyu). Mode ini paling sederhana, murah dan seringkali bisa dipakai untuk mengendalikan proses-proses yang penyimpanannya dapat ditoleransi. Keluaran pengendali hanya memiliki dua kemungkinan nilai, yaitu nilai maksimum (100%) dan nilai minimum (0%). Sebagai contoh adalah pengendali temperature ruangan dengan memakai AC, setrika listrik menggunakan sakelar temperature.
Respon Pengendali :
§ Hanya memiliki dua nilai keluaran, maksimum (100%) atau minimum (0%).
§ Selalu terjadi cycling (perubahan periodic pada nilai PV)
§ Cocok dipakai untuk respon PV yang lambat
§ Tidak cocok jika terdapat waktu mati.
Gambar 6.7. Pengendali dua posisi pada proses pengendalian tinggi air.
Mekanisme pengendali ini mudah difahami bila ditinjau pengatur tinggi air dalam tangki. Air dalam tangki secara terus menerus dikeluarkan dengan laju tetap. Apabila permukaan air turun melebihi titik acuan R, maka sensor tinggi air akan memberi sinyal bahwa terjadi penurunan permukaan air melebihi batas. Sinyal ini masuk ke pengendali dan pengendali memerintah pompa untuk bekerja. Dengan bekerjanya pompa, air akan masuk ke tangki dan permukaan air akan naik kembali. Pada saat tinggi air tepat mencapai R pompa berhenti.Akibat terjadi pengosongan tangki, dan proses di atas berulang lagi. Dengan demikian pompa akan selalu matihidup secara periodic seiring dengan perubahan tinggi permukaan air. Peristiwa ini disebut cycling atau osilasi.

Gambar Osilasi pada variabel proses (PV)

Keterangan gambar:
y = sinyal pengukuran tinggi air
u = sinyal kendali ke pompa


 
secara matematik, u =


Pengendali On-Off dengan Histerisis
Untuk mencegah osilasi terlalu cepat pada pengendalian on-off dua posisi, perlu dibuat lebih dari satu batas yaitu batas atas (BA) dan batas bawah (BB).
Adapun langkah pengerjaan pengendalian on-off dengan histerisis:
Ø Dibuat lebih dari satu batas atas (BA) dan batas bawah (BB)
Ø Batas atas adalah batas tertinggi variable proses saat naik
Ø Batas bawah adalah batas terbawah variable proses saat turun
Ø BA dan BB disebut celah diferensial (differential gap), daerah netral, atau histerisis
Ø Fungsi celah diferensial adalah untuk memperlambat periode-periode cycling
Gambar Pengendali dua posisi pada proses pengendalian tinggi air dengan celah diferensial.
Dengan adanya dua titik acuan (batas), maka terdapat daerah netral yang berada di antara dua titik acuan. Jika permukaan air berada pada daerah netral, terdapat dua kemungkinan. Pertama, bila air sedang turun maka pompa tidak bekerja, karena permukaan air masih di atas batas bawah. Kedua, bila permukaan air sedang naik maka pompa sedang bekerja, karena permukaan air di bawah batas atas.
Gambar Pengendali dua posis pada proses pengendalian tinggi air dengan
celah differensial.
(a) Osilasi pada variabel proses (PV)
(b) Keluaran pengendali

Pengendali dua posisi mencatu energy atau massa ke dalam proses dengan bentuk pulsa-pulsa, sehingga menimbulkan osilasi atau cycling pada variable proses.
Amplitude cycling bergantung pada tiga factor, yaitu:
·         Konstanta waktu proses
·         Waktu mati
·         Besarnya perubahan beban
Kelebihan pengendali dua posisi:
·         Perancangan mudah
·         Murah
·         Terpercaya
Kekurangan pengendalian dua posisi:
·         Terjadi fluktuasi pada variable proses, terutama bila perubahan beban cukup besar.
q  Pengendali Proporsional
Proporsional adalah persen perubahan sinyal kendali sebanding dengan persen perubahan sinyal pengukuran. Dengan kata lain sinyal kendali merupakan kelipatan sinyal pengukuran. Respon proporsional merupakan dasar pengendali PID. Pemakaian pengendali proporsional selalu menghasilkan offset. Offset berarti pengendali mempertahankan nilai PV pada suatu harga yang berbeda dengan setpoint. Offset muncul dalam usaha pengendali mempertahankan keseimbangan massa dan/atau energi. Pengendali proporsional hanya dapat digunakan untuk proses yang dapat menerima offset. Faktor kelipatan disebut gain pengendali (Kc). Pengendali proporsional sebanding dengan error-nya.
Persamaan matematika :
U = Kc.e + Uo
dengan,
U            = Keluaran pengendali (sinyal kendali),
Kc          = Proportional gain (gain pengendali)
e             = Error (SP – PV)
Uo          = bisa, yaitu nilai sinyal kendali saat tidak ada error (e = 0)
Istilah gain pengendali bisaanya dinyatakan dalam proportional band (PB)
Harga PB berkisar 0 – 500.
PB pada dasarnya menunjukkan persentasi rentang PV yang dapat dikendalikan atau range error maksimum sebagai masukan pengendali yang dapat menyebabkan pengendali memberikan keluaran dengan range maksimum. Semakin sempit proportional band, offset semakin kecil yang sesuai dengan proses dengan kapasitas besar, waktu mati kecil sehingga dapat memakai proportional band yang sempit.
Tanggapan loop terbuka pengendali proporsional
Gambar Respon Pengendali Proporsional
q  Pengendali Proportional Integral
Penambahan fungsi aksi integral pada pengendali proporsional adalah menghilangkan offset dengan tetap mempertahankan respons. Pada pengendali proporsional-integral sistem pengendali cenderung mudah osilasi, sehingga PB perlu lebih besar.
Persamaan pengendali PI:
dengan :
ti = waktu integral (integral action)
Aksi integral merespons besar dan lamanya error. Aksi integral dapat dinyatakan dalam menit per-pengulangan (= waktu integral) atau pengulangan per-menit (konstanta integral). Respon loop terbuka pengendali proporsional integral (PI) pada gambar di bawah ini.
Persamaan:
Gambar 6.13 Respon loop terbuka Pengendali Proporsional-Integral (PI)
Catatan :
§  Waktu integral tidak boleh lebih kecil disbanding waktu mati proses sebab valve akan mencapai batas sebelum pengukuran (PV) dapat dibawa kembali ke setpoint.
§  Ketika aksi integral diterapkan pada sistem pengendalian yang memiliki error dalam waktu yang lama, misalnya proses batch, maka aksi integral akan mengemudikan sinyal kendali kearah keluaran maksimum menghasilkan integral resr wind-up atrau ke arah minimum (integral reset wind-down).
q  Pengendali Proporsional Integral Differential (PID)
Kelambatan akibat aksi integral dapat dihilangkan dengan menambah aksi aksi derivative pada pengendali proporsional integral (PI) sehingga menghasilkan jenis pengendali proporsional-integral-derivatif (PID). Aksi derivarif bertujuan mempercepat respons perubahan PV dan memperkecil overshoot, namun sistem ini sangat peka terhadap gangguan bising (noise). Sistem ini sangat cocok pada proses yang memiliki konstanta waktu jauh lebih besar dibanding waktu mati, penambahan aksi derivative dapat memperbaiki kualitas pengendalian, namun tidak dapat digunakan pada proses dengan waktu mati dominant, penambahan aksi derivative dapat menyebabkan ketidakstabilan, sebab adanya keterlambatan (lag) respons pengukuran.
Persamaan standar pengendali proporsional-integral-derivatif (PID)
Dengan:
td = waktu derivative (menit)
Gambar 6.14 Respons steep loop terbuka pengendali (PID)
Sifat-sifat pengendali proporsional-integral-derivatif (PID) yaitu tanggapan cepat dan amplitude osilasi kecil (lebih stabil), tidak terjadi offset dan peka terhadap noise.
q  Pengendalian Proporsional Derivativ (PD)
Pengendali proporsional-derivatif (PD) banyak menimbulkan masalah sehingga model pengendali ini hamper tidak pernah dipakai di industri karena kepekaan terhadap noise dan tidak sesuai untuk proses dengan waktu dominan. Model pengendali PD sesuai untuk proses multikapasitas, proses batch dan proses lain yang memiliki tanggapan lambat.
Persamaan standar pengendali proporsional-derivatif (PD)
Gambar 6.15 Respons steep loop terbuka pengendali (PD)

Pengendali proporsional derivative (PD) tanggapan cepat terhadap respons dengan overshoot kecil namun sangat peka terhadap noise.
q  Penentuan Parameter Pengendali Optimum (Optimum Control Setting)
Ada banyak cara yang digunakan untuk menentukan nilai parameter pengendali optimum pada sistem pengendali, diantaranya adalah:
a.    Metode Osilasi teredam (Damped Ossilation Method)
Metode ini didasarkan pada respon proses yang mempunyai decay ratio ¼ pada suatu sistem tertutup yang hanya menggunakan aksi proporsional. Metode ini dilakukan dengan cara mengecilkan nilai gain dari harga terkecil sampai satu nilai tertentu sehingga didapat respon yang berosilasi dan mempunyai decay ratio ¼.
b.    Metode Loop Tuning (Continous–Cycling Method)
Metode penyetelan dengan menggunakan metode loop tuning pada dasarnya adalah penyetelan secara eksperimen untuk mendapatkan suatu nilai konstanta kritis atau penguat ultimat (gain ultimat) pada kontroller yang hanya menggunakan aksi proportional dalam siklus pengendali tertutup (closed loop sistem). Penyetelan dilakukan secara coba–coba dengan cara merubah nilai gain secara selangkah demi selangkah, sampai didapatkan respon dari sistem yang berosilasi secara terus menerus. Kondisi dimana sistem berosilasi secara terus menerus yang disebabkan oleh nilai penguatan proporsional yang digunakan disebut gain ultimate (Ku) dan besarnya perioda yang terjadi tiap cycle disebut ultimate periode (Pu).
Gambar Respon Proses pada kondisi Kritis atau Kondisi ultimat
Pada kondisi respon proses yang berisolasi secara continue waktu tiap periode kritis dapat dihitung dengan mengambil titik sembarang dari satu puncak ke puncak berikutnya (lihat gambar di atas). Untuk mendapatkan parameter yang optimum maka Ziegler Nichlos telah menetapkan sesuai dengan tabel berikut ini :
AKSI KONTROL
NILAI PENGENDALI
Kc
TI
TD
P
P + I
P + I + D
0.50 Ku
0.45 Ku
0.60 Ku
-
Pu /1.2
Pu /2.0
-
-
Pu /8
Tabel Pengesetan parameter pengendali menurut metode Ziegler Nichols.
c.    Metode Kurva Reaksi (Reaction Curve Method)
Metode ini juga dikembangkan oleh Ziegler Nichlos dan sering disebut dengan metoda reaksi proses. Pendekatan dasarnya yaitu didasarkan pada respon transient suatu proses akibat adanya suatu perubahan step input pada suatu rangkaian terbuka (open loop). Pada saat mulai untuk metode ini, bisaanya dilakukan gangguan terhadap proses yaitu dengan cara melakukan perubahan step terhadap output kontroller sebesar M%. Nilai variabel kontrol saat dilakukan gangguan dan setelah mencapai nilai jenuh diukur atau dicatat (jika menggunakan recorder), serta waktu yang dibutuhkan proses untuk mencapai nilai jenuh yang baru. Selang waktu yang dibutuhkan tepat saat gangguan dilakukan dan saat tercapainya nilai baru yang jenuh merupakan penjumlahan dari waktu mati (TAD) dan waktu naik (Ta) secara keseluruhan. Tanggapan proses untuk loop terbuka diperlihatkan pada gambar 1.6. dibawah ini :
Gambar Tanggapan Proses Loop Terbuka
Berdasarkan hasil dan respon proses tersebut diatas maka COHEN & COONS menetapkan nilai – nilai parameter pengendali seperti tabel berikut :

Metode Kontroller
Penyetelan Kontroller
Kc
TI
TD
    P


    P + I

    P + D

    P + I + D
Dimana Us = penguatan sistem = Cp/M%
q  Kestabilan
Dalam kondisi normal, sistem pengendalian harus menghasilkan operasi yang stabil. Artinya pengendali mampu mengembalikan penyimpangan variabel proses ke nilai yang diinginkan dengan sesedikit mungkin overshoot dan osilasi. Pada gain pengendali yang besar (proportional band terlalu kecil) dapat menyebabkan sistem berosilasi meskipun memiliki tanggapan cepat. Sebaliknya jika gain terlalu kecil, penyimpangan variabel proses terlalu besar. Kalaupun kembali ke nilai yang dikehendaki, akan membutuhkan waktu yang lama. Untuk mendapatkan kompromi antara kecepatan dan kestabilan sistem, telah dibakukan criteria Redaman Seperempat Amplitude. Artinya, amplitude puncak gelombang berikutnya adalah seperempat amplitude sebelumnya. Ini terjadi jika gain total pada periode osilasi.
Gc Gv Gp Gt = 0,5
Dengan G adalah gain, indeks c,v,p,t berturut-turut menunjukkan pengendali, elemen kendali akhir, proses dan transmitter.
Dinamika elemen kendali akhir dan transmitter bisaanya diabaikan terhadap dinamika proses, sehingga hanya memiliki nilai Kv dan Kt. Dengan memasukkan gain keduanya ke dalam dinamika proses, maka persamaan di atas menjadi;
Gc Gps = 0,5
Di sini Gps = Kv Gp Kt yaitu gain sistem proses termasuk elemen kendali akhir dan transmitter.

q   Pemilihan Jenis Pengendali
Hakikat utama pengendalian proses adalah mempertahankan nilai variable proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi, untuk mecapai hal tersebut maka perlu dilakukan pemilihan jenis pengendali yang tepat dan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan operasi.Teknik pemilihan dan penerapan jenis pengendali sebagai berikut:
1.   Penggunaan pengendali dua posisi, jenis ini dapat digunakan jika :
·         Variabel proses tidak memerlukan ketelitian tinggi
·         Cycling pada variable proses dapat diterima dan laju perubahan variable proses lambat.
2.   Pengendali proporsional, jenis ini digunakan jika pengendali dua posisi tidak mencukupi. Jenis ini dapat digunakan jika :
·         Offset dapat diterima dengan Kc (atau PB) yang moderat atau jika PB besar
·         Sistem operasi memiliki aksi integrasi, contoh tekanan gas dan tinggi permukaan cairan dan sistem proses memiliki tanggapan lambat hingga sedang.
3.   Jika pengendali proporsional tidak mencukupi, perlu digunakan pengendali proporsional – integral. Jenis ini dapat digunakan jika :
·         Variabel proses memiliki tanggapan yang cepat, contoh laju alir. Sebab aksi integral memperlambat tanggapan, sehingga jika prosesnya cepat, penambahan aksi integral masih tetap memuaskan. Oleh sebab itu tekanan gas dan tinggi permukaan cairan jarang dikendalikan dengan PI.
·         Sistem proses yang tidak dapat membolehkan adanya offset.
4.   Jika pengendali PI tidak mencukupi, perlu digunakan pengendali  proporsional integral derivatif (PID).
Jenis ini dapat digunakan jika sistem proses memiliki tanggapan lambat, offset tidak diperbolehkan, waktu mati cukup kecil (tidak dominant) dan tidak ada noise, contoh suhu, komposisi, dan pH.
5.   Pengendali jenis proporsional-derivatif (PD) hamper tidak pernah digunakan di industri.
Adanya aksi derivative mempercepat tanggapan, tetapi sangat peka terhadap noise. Padahal variable proses di industri hampir selalu mengandung noise. Namun demikian jika diinginkan memakai PB yang kecil sementara overshoot diharapkan tetap kecil, penambahan derivative dapat membantu. Pengendali PD cocok dipakai untuk proses batch dan multikapasitas dengan catatan noise tidak ada.

3.   Alat Dan Bahan :
Ø  Alat:
q  Serangkaian alat pengendalian level (PCT-40)
q  Seperangkat komputer
Ø  Bahan:
q  Air

4.    Cara Kerja

q  Section I

a.    Pengendalian level mode controller manual dan automatic
1.      Menyalakan computer dan seperangkat  alat pengendalian level PCT-40.
2.      Menyalakan kran air.
3.      Membuka program PCT40 software dan memilih section 1.
4.      Memasang selang input dari pompa pada SOL 1.
5.      Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.      Memilih “configure” pada menu kemudian mengatur interval waktu pengambilan data sebesar 5 detik secara kontinyu.
7.      Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
8.      Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 50, 100 dan 150 serta memilih sistem manual dengan pengeluaran 50%  lalu meng-klik “Ok”.
9.      Memilih ikon “GO” untuk merekam data. Jika selesai mengambil data pilih “STOP”.
10.  Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk excel.
11.  Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
12.  Mengulangi percobaan di atas dengan mengganti mode operasi pada menu “control” di samping tampilan tangki dengan “automatic” dan off.

b.      Pengendalian Level dengan Mode Level Switch
1.      Menyalakan computer dan seperangkat  alat pengendalian level PCT-40.
2.      Menyalakan kran air.
3.      Membuka program PCT40 software dan memilih section 1.
4.      Memasang selang input dari pompa pada SOL 1.
5.      Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.      Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.      Mengatur level float switch pada ketinggian tertentu (tidak sama dengan nilai set point).
8.      Memilih “configure” pada menu kemudian mengatur interval waktu pengambilan data sebesar 5 detik secara kontinyu.
9.      Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 50,100 dan 150.
10.  Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “level switch serta memilih sistem automatik lalu meng-klik “Ok”.
11.  Memilih ikon “GO” untuk merekam data. Jika selesai mengambil data pilih “STOP”.
12.  Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk excel.
13.  Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
14.  Mengulangi percobaan di atas dengan memberian gangguan selama proses yaitu dengan cara membuka atau meng-klik SOL 2 pada layar diagram.
15.  Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
16.  Mengulangi percobaan di atas dengan mengganti mode operasi pada menu “control” di samping tampilan tangki dengan “automatic” dan off.




c.       Pengendalian level mode differential switch:
1.         Menyalakan komputer dan alat pengendalian level serta memeriksa rangkaiannya.
2.         Menyalakan kran air.
3.         Memasang selang input dari pompa pada SOL 1.
4.         Membuka program PCT40 software dan memilih section 1.
5.         Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.         Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.         Memilih “configure” pada menu kemudian mengatur interval waktu pengambilan data sebesar 5 detik secara kontinyu.
8.         Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 50 serta memilih sistem automatik” dengan pengeluaran 100% lalu meng-klik “Ok”.
9.         Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “differential switch” sistem.
10.     Memilih ikon “GO” untuk merekam data. Jika telah selesai mengambil data pilih “STOP”.
11.     Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk exel.
12.     Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
13.     Mengulangi percobaan di atas dengan memberikan 1 gangguan selama proses yaitu dengan cara membuka atau meng-klik SOL 2 pada layar diagram.
14.     Mengulangi percobaan diatas dengan mengganti mode operasi pada menu “control” disamping tangki dengan “manual” dan off.

q  Section 2
Membandingkan respon pengendalian P, PI, dan PID dengan metode Tuning:
1.         Menyalakan computer dan alat pengendalian level serta memeriksa rangkaiannya.
2.         Menyalakan kran air.
3.         Memasang selang input dari pompa pada PSV.
4.         Membuka program PCT40 software dan memilih section 2.
5.         Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.         Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.         Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 200 dan nilai PB, TI, dan TD sesuai dengan perhitungan optimasi pada prosedur sebelumnya serta memilih sistem “automatic” lalu meng-klik “Ok”.
8.         Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “controller” sistem.
9.         Membuka drain di bawah tangki level ½ putaran.
10.     Memilih ikon “GO” untuk merekam data dan “STOP” untuk menghentikan proses pengambilan data.
11.     Setelah beberapa saat proses diberi gangguan pada SOL 3 dan setelah beberapa menit proses dihentikan kemudian menyimpan data dalam bentuk excel.
12.     Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
13.     Mengulangi prosedur di atas dengan hanya mengisi nilai PB dan TI saja untuk pengendalian PI dan hanya mengisi nilai PB saja untuk pengendalian P dengan gangguan pada SOL 3.
14.     Membandingkan respon ketiga pengendalian di atas.

Ø Optimasi parameter pengendalian dengan metode Tuning:
1.        Menyalakan computer dan alat pengendalian level serta memeriksa rangkaiannya.
2.        Menyalakan kran air.
3.        Memasang selang input dari pompa pada PSV.
4.        Membuka program PCT40 software dan memilih section 2.
5.        Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.        Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.        Memilih “configure” pada menu kemudian mengatur interval waktu pengambilan data sebesar 5 detik secara kontinyu.
8.        Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 100 serta memilih sistem “automatic” lalu meng-klik “Ok”.
9.        Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “controller” sistem.
10.    Membuka drain di bawah tangki level ½ putaran.
11.    Memilih ikon “GO” untuk merekam data dan “STOP” untuk menghentikan proses pengambilan data.
12.    Memilih tampilan grafik pada tab menu untuk melihat grafik respon yang terbentuk.
13.    Menghentikan proses setelah terjadi osilasi respon yang sama.
14.    Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk exel.
15.    Menghitung nilai amplitudo dan waktu 1 gelombang (t).
16.    Menghitung nilai PB, TI, dan Td dengan rumus seperti di bawah ini:
PB = y/3
TI  = t
Td = t/6
Terhadap Respon Pengendali:
1.      Menyalakan computer dan alat pengendalian level serta memeriksa rangkaiannya.
2.      Menyalakan kran air.
3.        Membuka program PCT40 software dan memilih section 3.
4.        Memasang selang output dari pompa pada PSV.
5.        Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.        Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.        Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 150 dan mengisi nilai PB sebesar 0, IT sebesar 0 dan DT sebesar 0 serta memilih sistem “automatic” lalu meng-klik “Ok”.
8.        Mensetting PSV 50 pada kolom PSV
9.        Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “controller” sistem.
10.    Memilih ikon “GO” untuk merekam data. Memberi gangguan SOL2  
11.    Jika laju alir yang semakin tinggi maka PSV diturunkan dan begitu pula dengan sebaliknya.
12.    Jika telah selesai mengambil data pilih “STOP”.
13.    Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk excel.
14.    Memilih ikon “new sheet” untuk mengambil data baru.
   Optimasi parameter pengendalian  pada Out flown:
1.      Menyalakan komputer dan alat pengendalian level serta memeriksa rangkaiannya.
2.      Menyalakan kran air.
3.        Membuka program PCT40 software dan memilih section 3.
4.        Memasang selang output dari pompa pada PSV.
5.        Memilih ikon pada tab menu untuk menampilkan layar diagram pengendalian level yang berisi penampakan dari level tangki.
6.        Memastikan sirkulasi air yang masuk ke tangki sudah lancar kemudian mengosongkan air yang ada di dalam tangki.
7.        Pada layar diagram, memilih “control” di bawah tank level kemudian mengubah set point yang diinginkan yaitu 150 serta memilih sistem “automatic” lalu meng-klik “Ok”.
8.      Mensetting PSV 100 pada kolom PSV
9.        Memilih kolom pengendalian di kiri atas pada “controller” sistem.
10.    Memilih ikon “GO” untuk merekam data dan memberi gangguan SOL 3
11.    Nilai PSV sama dengan nilai PSV yang diberikan pada kondisi on-off
12.    Memilih “STOP” untuk menghentikan proses pengambilan data.
13.    Memilih tampilan grafik pada tab menu untuk melihat grafik respon yang terbentuk.
14.    Menghentikan proses setelah terjadi osilasi respon yang sama.
15.    Menyimpan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk excel.
16.    Menghitung nilai amplitudo dan waktu 1 gelombang (t).
17.    Menghitung nilai PB, TI, dan Td dengan rumus seperti di bawah ini:
PB = y/3
TI  = t
Td = t/6


5.   HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalalah pengendalian level atau permukaan cairan. Tujuan dilakukan pengukuran ketinggian cairan adalah untuk mencegah kerusakan alat akibat kekosongan level serta kerugian akibat cairan terbuang, sebagai pengontrol jalannya proses, dan mendapatkan kualitas terbaik. Namun dalam praktikum yang dilakukan yaitu pengendalian level

1. Section I
 
a.       Level Switch
          Manual 
          Sp   = 50,100 dan 150




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...