Saturday, 10 March 2012

Kunci Perjuangan Hidup

Siklus Perjuangan Hidup (2)

Surat ini menegaskan–dengan jelas dan tak bisa di elak–bahwa untuk meraih surga manusia harus diuji lebih dahulu. Bahwa untuk meraih keberhasilan–sukses–kita tidak bisa menunggu dengan berpangku tangan menyangga dagu. Maka bergeraklah untuk meraih sukses. Orang hidup harus bergerak. Bergerak untuk mengubah keadaan (kondisi) menjadi lebih baik, lebih sukses! Hidup ini adalah perjuangan. Perjuangan untuk menggenggam harapan menjadi nyata (realita), agar hidup lebih bermakna. Makna kata dari yang disebut bahagia, sukses, nikmat (atau nama lain apalah yang disebut) adalah meraih kesenangan apa yang kita inginkan (harapkan) dan lega terhindar dari apa yang kita takuti (azab, sengsara, derita, sakit). Ingat! Janganlah kamu mengira bahwa untuk berubah–meraih sukses–tidak ada tantangannya. Hal ini dipertegas dalam Surat Al Baqarah, ayat 155, yang menyatakan:
“Dan sungguh akan Kami berikan
kepadanya dengan sedikit ketakutan,
kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan”
(QS.2:155).
Bila kita menghadapi ujian berat, ingatlah firman Allah dalam Surat Al Baqarah, ayat 286:
“Allah tiada membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Ujian pasti datang, hidup penuh tantangan (masalah).
“Apakah manusia mengira
bahwa mereka dibiarkan saja
menyatakan ‘kami telah beriman’,
sedangkan mereka dibiarkan tidak
dicoba (dengan masalah) lagi?”
(QS.29:2)
Kegagalan–dari ujian–tidak perlu membuat kita menjadi terpuruk. Kegagalan hendaknya menjadi pemicu untuk meraih sukses.
“ Kalau seseorang tak pernah mengalami kegagalan,
maka hidupnya akan statis dan selalu puas akan kondisi
sekarang sehingga tidak ada usaha apa-apa”
(Walau Badai Menghadang, Republika, 13 Nopember 2005).
Allah tidak menghendaki umatnya berputus asa bila menghadapi kegagalan. Bagaimana orang seharusnya menghadapi cobaan, tersirat dalam Surat Al Hadiit, ayat 23:
“Supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap
apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri”
(QS. 57:23).
Janganlah kamu putus asa:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS.94:5).
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS.94:6)
Bila mengalami kegagalan, cobalah untuk introspeksi diri, merenung: mengapa kegagalan bisa menimpa diri? Dengan introspeksi kita bisa mengambil langkah kedepan, mencari alternatif lain untuk maju menghadapi ‘ujian baru’ selanjutnya. Berpikirlah positif bahwa “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Perintah untuk introspeksi diri jelas dalam Surat berikut:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri.”
(QS.13:11).
Mohonkanlah pertolongan (petunjuk) kepada Allah SWT:
“Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat
dari sisi-Mu dan siapkan petunjuk (jalan keluar)
dalam urusan kami”
(QS.18:10).
Perlu kita pahami bahwa ujian tidak selalu berupa kesusahan, penderitaan, kemiskinan atau kegagalan hidup, akan tetapi juga dalam bentuk kesenangan, kemewahan, kesehatan atau kesuksesan dalam hidupnya. Ujian itu bisa berupa kebaikan (kesenangan) dan bisa juga keburukan (kesusahan). Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiyaa, ayat 35:
“Dan Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)”
(QS.21:35)
Demikian juga dengan firman-Nya dalam Surat Al- A’raaf, ayat 168:
“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat)
yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk
agar mereka kembali (kepada kebenaran)”.
(QS. 7:168).
Semua cobaan itu membawa konsekuensi: Kegagalan (kesusahan) adalah ujian, apakah dengan ‘gagal’ kita masih bisa bersabar, berjiwa besar, berpikir positif (tidak berprasangka buruk), serta tetap berdoa memohon kepada Allah SWT agar terbebas dari penderiataan yang kita alami?
“Mudah-mudahan Tuhan menunjuki aku
kepada yang lebih benar daripada ini”
(QS.18:24).
Kesusuksesan (kesenangan) adalah ujian, apakah kita tidak menjadi sombong (mem- banggakan diri) atas ‘sukses’ yang kita raih? Sadarkah kita bahwa kesuksesan yang kita raih tidak lepas dari campur tangan Allah SWT? Allah akan memberi ganjaran berlimpah bila kita bisa mensyukuri nikmat yang dianugerahkan-Nya.
“Sungguh jika kamu bersyukur,
niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkarinya,
sungguh azab-Ku sangat keras”
(QS. 14:17).
Tanda orang bersyukur adalah mempergunakan nikmat Allah sesuai dengan amanah-Nya.
“Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur” (QS. 34:13).
Hai orang yang beriman !
Mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat
Sungguh, Allah bersama orang yang sabar
(QS. 2:153)

Bekerjalah meraih sukses-sukses (kualitas) lain yang masih belum dicapai.
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS 94:7)
Bersyukur bisa dinyatakan: dalam hati, mengucapkan dengan lidah, dan dengan perbuatan/tindakan nyata. Syukur dalam hati, dapat dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Illahi. Syukur dengan lidah adalah mengucap “Alhamdulillah”. Alhamdulillah diucapkan sebagai ungkapan syukur atas segala kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita. Syukur dengan tindakan dan perbutan nyata
adalah menggunakan nikmat yang diperoleh sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya. Apabila kita diberi nikmat kesehatan, maka pergunakan kesehatan itu untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Bila diberi kepandaian dan kecerdasan, maka pergunakan untuk kemaslahatan masyarakat dan lingkungan. Dan bila diberi rezeki, harta dan kekayaan, jangan lupa menolong orang lain yang perlu ditolong.
Alhasil, segala kenikmatan yang kita peroleh kita kembalikan sesuai dengan amanah peruntukkannya. Ini berarti bahwa dengan bersyukur kita siap memasuki ‘ujian baru’ (yang kualitasnya lebih baik/tinggi) lagi.
Demikian, kehidupan manusia akan selalu diuji dan diuji lagi. Pengulangan ujian-ujian ini adalah suatu keniscayaan, sehingga menjadi untaian mata rantai “SIKLUS PERJUANGAN HIDUP” yang suka atau tidak suka harus kita jalani (kalau kita tidak mau mandeg). Makin banyak sukses yang kita capai, makin panjang untaian mata rantai yang kita raih. Itulah hakikat hidup! Hidup ini adalah anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Hidup ini adalah Ujian! Hidup ini penuh tantangan, maka sambutlah! Hidup ini adalah Perjuangan! Perjuangan Hidup adalah daya upaya untuk bisa mengatasi segala problema hidup.
Cerita wayang meriwayatkan bahwa:
Gatutkaca digdaya setelah ditempa dalam kawah Candradimuka.
Itulah cermin bentuk ujian hidup. Makin banyak dan berat ujian, manusia makin kuat dan tangguh mengatasi problema hidup untuk mencapai kesuksesan hidupnya.
Pada akhirnya: “Anda takkan bisa memilih bagaimana Anda akan mati, atau kapan mati. Anda hanya bisa memutuskan bagaimana Anda menjalani hidup Anda. Kerjakan dari saat sekarang!” (Joan Baez).
Sigeg.
Jakarta, 9 November 2008
Renungan di hari Ulang Tahun ke-74
Boedirahardjo

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya!!!!!!!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...