Friday 17 February 2012

LIMA ANAK INDONESIA JUARA DALAM OLIMPIADE SAINS DUNIA

5 Anak Indonesia Tersukses di Olimpiade Sains Dunia
Anak-anak Indonesia pernah meraih penghargaan tertinggi di dunia dalam bidang fisika, yakni menjadi juara Olimpiade Fisika Internasional 2006 di Singapura. Kisah perjuangan dan semangat mereka yang ditopang oleh prinsip MESTAKUNG inilah yang kemudian diangkat ke layar lebar oleh Mizan Productions bekerjasama dengan Falcon Pictures menjadi sebuah film berjudul “seMESTA menduKUNG” agar dapat menyemangati dan menginspirasi anak-anak Indonesia lainnya untuk menyusul langkah sukses mereka di kancah dunia. Sebagai penghargaan Mizan.com kepada generasi terbaik bangsa itu, berikut ini Mizan.com ukir nama mereka dalam “5 Anak Indonesia Tersukses di Olimpiade Sains Dunia”.
Jonathan Pradana Mailoa. Dialah sang peraih The Absolute Winne di Olimpiade Fisika International ke-37 yang diselenggarakan di Singapura. Mengalahkan 385 siswa terbaik dunia dari 84 negara. Wow! Prestasi yang luar biasa. Seluruh dunia mengakui kehebatannya dalam ilmu Fisika. Namun, remaja kelahiran Jakarta, 20  September 1989 ini justru terlihat malu-malu menanggapinya. Berulangkali pelajar SMAK 1 BPK Penabur Jakarta ini mengatakan bahwa prestasinya hanyalah sebuah kebetulan. “Aku pikir jika semua siswa di Indonesia belajar intensif seperti di TOFI, mereka pasti bisa meraih prestasi seperti diriku,” ujarnya merendah. Didikan untuk bersikap rendah hati memang sangat ditekankan oleh orang tuanya, Edhi Mailoa dan Sherlie Darmawan. Kini, dengan prestasi yang disandangnya, Jonathan mengakui ingin mengejar ketertinggalannya di sekolah sebelum nanti melanjutkan kuliah. Kemilau kemenangan rupanya tak membuat pencinta komik dan pengagum Andrea Corr ini tergila-gila ingin mengulang kembali kejayaannya. “Ingin memberikan kesempatan pada yang lain,“ jawabnya sambil tersenyum kecil. Juara sejati memang hanya muncul sekali!
M. Firmansyah Kasim. Firman memang anggota termuda di TOFI. Namun, siapa yang menyangka justru siswa SMP Islam Athirah ini sudah dua kali mengikuti olimpiade internasional mewakili Indonesia. Perawakannya yang kecil dan santai rupanya menyembunyikan semangatnya yang tak patah arang. Setiap saat bungsu dari empat bersaudara ini terus mengasah kemampuannya. Indonesia pantas berharap ABG kelahiran Makassar, 26 Oktober 1991 ini pasti mampu meraih prestasi yang lebih baik. Loyalitas “sang mutiara timur” ini memang sudah teruji. Calon fisikawan sukses yang sempat bercita-cita menajdi detektif seperti tokoh komik Detektif Conan ini, bahkan merelakan waktu bermainnya demi mengikuti bimbingan intensif TOFI. Hasilnya? Sudah terbukti, kan?
Andy Octavian Latief. Bocah kelahiran Pamekasan, 3 Oktober 1988 ini tak hanya dielu-elukan oleh seluruh rakyat Indonesia, tapi terlebih lagi oleh seluruh warga di tanah kelahirannya. Keberhasilannya meraih emas di Olimpiade Fisika Internasional ke-37 di Singapura bak siraman air hujan di tengah kekeringan daerah asal karapan sapi itu. Siapa yang menyangka bahwa salah satu pengharum nama bangsa ditujukan pada siswa SMAN 1 Pamekasan ini. Namun semua pujian yang dilontarkannya tak mampu menggoyahkan nasionalismenya untuk tetap berkuliah di tanah air. “Kualitas universitas luar negeri dan dalam negeri sama saja,” jawabnya mantap.
Pangus Ho. Semua teman-temannya pasti akan menjawab bahwa bungsu dari tiga bersaudara ini sangat percaya diri. Namun sikapnya itu tak berarti sombong. Langsung menyabet emas di Olimpiade Fisika Asia di Almaty, Kazakhstan dan Olimpiade Fisika Internasional di Singapura ternyata tak membuatnya puas. Siswa SMAN 3 BPK Penabur Jakarta ini masih ingin berkompetisi di ajang internasional. Sedangkan di sisi lain, justru putra pasangan Hasyim Abidin Ho dan Sianita Tanto ini, tak berminat mengambil beasiswa di Singapura. “Saya tidak suka belajar di Singapura. Kondisinya sangat stres, tidak ada kebebasan, tidak enak.” Rupanya dengan pola pikir yang tidak neko-neko itu, pengagum Charlotte Church ini menjalani hidupnya untuk meraih cita-cita sebagai orang sukses. Good luck, Pangus!
Irwan Ade Putra. Satu-satunya peserta TOFI dari luar Jawa adalah Irwan. Pelajar SMAN 1 Pekanbaru ini rupanya termotivasi mengangkat pamor Riau di ajang internasional. Dua kali meraih emas di AphO Kazakhstan dan Ipho Singapura, tetap menjaga kecintaanya terhadap keluarga terutama ibunya. “Biarpun laki-laki, aku paling sering curhat sama mama, lho!”, katanya. Walau belum terpikir hendak jadi apa kelak, sulung dua bersaudara dari pasangan Tjen Leng dan Le Hwa ini mengaku ingin kuliah di luar negeri. Seperti apa sepak terjangnya kelak? Kita tunggu saja nanti!


0 comments:

Post a Comment

Komentarnya!!!!!!!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...