Uji Fitokimia
I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum
Suatu pendekatan untuk mengetahui golongan kelompok senyawa (alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan kuinon) yang terkandung pada bagian-bagian tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, bunga, biji dan buah).
B. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini berdasarkan komposisi kandungan tumbuhan yang dimiliki oleh senyawa target yang akan dianalisis. Analisis ini bersifat kulitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia, dalam jenis tumbuhan.
II. Teori
Dari hasil penelitian sebelumnya telah dipublikasikan senyawa saponin yang pertamadari daun andong. Jenis saponin yang dikandungnya adalah saponin steroid yang merupakan senyawa mayor ditinjau dari kestabilan busa yang terbentuk (Bogoriani,2001) dan senyawa saponin steroid spirostananol dengan berat 7,5 mg berdasarkan datakromatogram kromatografi cair kinerja tinggi dengan struktur pada atom C25 dan C27 merupakan suatu ikatan rangkap dua (gugus elesometilin) yang mempunyai berat molekul 866 dan golongan senyawa ini mempunyai sifat oksik terhadap Larva Udang (Artenia salina Lich) yang diidentifikasikan berkorelasi positif terhadap senyawa antitumor (Bogoriani, et al., 2007). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai masa molekul besar, dan kegunaannya luas (Konoshima, et al., 1995; Nakanishi, 1974; Agrawal, 992; Burger, et al., 1998). Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi saponin steroid yang lain dari daun andong (Bogoriani, 2008)
Piperine adalah suatu senyawa alkaloid yang banyak ditemukan pada tanaman diantanya adalah piper ningrum atau black pepper dan piper longum atau long pepper. Piperine adalah trans-trans stereoisomer dari 1-piperoylpiperidine atau disebut juga (E, E)-1-piperoylpiperidine dan (E, E)-1-[5-(1, 3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2, 4-pentdienyl] piperidine. Senyawa turunan piperine biasa digunakan sebagai obat antiepilepsirine. Bioaktifitas Piperine telah dilaporkan sebagai anti-inflammatory, antioxidant dan inhibit lipid peroxidation. Senyawa piperine bersifat carcinogenic dan cytotoxic dan dapat mempengaruhi proses reproductive dan memberikan efek negative pada sperma. Senyawa piperine berpotensi sebagai antimicrobial, antiprotozoal, antihelmintic, antihistaminic, non-steroidal anti-inflammatory, muscle-relaxant dan anticancer (Rustanto, 2007)
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Akhirnya flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan , terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Karena alasan itu, maka dalam menganalisis Flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (Harborne, 1967).
Pada tahun 1896, Meyer-Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut : “ Alkaloid terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktifitas fisiologisnya. Alkaloid mengandung karbon, hidrogen dan nitrogen, dan pada umumnya mengandung ataom oksigen. Dalam banyak hal, mereka mirip alkali”. Walaupun banyak alkaloid yang merupakan pengecualian dari definisi tersebut, terutama setelah berkembangnya penelitian tentang alkaloid, definisi tersebut masih dapat digunakan (Sastrohamidjojo, 1996).
Menurut Harborne (1987 dalam Abraham 2009:13) fitokimia adalah suatu tehnis analisis kandungan kimia didalam tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia tumbuh dalam suatu jenis tumbuhan. Secara umum kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokan kedalam golongan senyawa alkaloid, saponin, flavanoid, tannin, polifenol dan kuinon. Senyawa-senyawa tersebut tersebar luas didalam tumbuhan. Untuk menentukan senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan pereaksi-pereaksi khusus dan spesifik, misalnyaa pereaksi dragendorf, meyer, Wegner, asam pikrat dan pereaksi asam tannat untuk alkaloid. Pereaksi liebermenn-burehard untuk terpenoid, FeCl2 untuk mengidentifikasi flavanoid dan larutan gelatin untuk senyawa tannin. Selama dasawarsa terakhir penelitian mengenai kandungan kimia semakin pesat sehingga manfaat ujifitokimia semakin sangat dibutuhkan dan memberi sumbangan yang sangat bermakna (Abraham, 2010).
III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Pemanas
b. Tabung reaksi
c. Penjepit tabung reaksi
d. Lumpang
e. Corong pisah
f. Corong
g. Gelas kimia
h. Neraca
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Aquades
b. Air
c. N-heksan
d. Etil asetat
e. Metanol
f. Etanol
g. Asam sulfat
h. Asam klorida
i. Asam asetat
j. Kloroform
k. Eter
l. Amoniak 10%
m. Pereaksi uji fitokimia (HgCl2, KI, Bi(NO3)3, HNO3, logam Mg, Larutan FeCl3, gelatin 10%)
n. Bahan sampel tumbuhan
C. Pembahasan
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang paling kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam dengan beberapa jenis spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan dan insektisida. Sumber daya alam hayati dapat berasal dari flora, fauna dan mikroorganisme. Salah satu sumbangan penting dari kekayaan alam flora Indonesia adalah tersedianya senyawa-senyawa bioaktif. Metode yang dapat dipergunakan untuk mencari dan menemukan senyawa bioaktif adalah pendekatan fitofarkologi (Phytopharmacologic approaches) dan pendekatan skrining fitokimia (Phytopharmacologic screening approaches)(Linskens, 1963 dalam Abraham 2007:13).
Pada percobaan ini, uji-uji yang dilakukan yaitu uji alkaloid, uji steroid, triterpenoid, saponin, uji flavanoid dan uji tannin/polifenol. Untuk Uji Tanin dan polifenol, yang digunakan sebagai bahan uji adalah Daun pepaya, Kunyit, dan Daun pecah beling. Sedangkan untuk uji Flavonoid dan uji alkaloid hanya digunakan daun pecah beling. Uji ini dilakukan untuk mencari tahu isi kandungan dari suatu bagian-bagian tubuh tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk sebagai obat alternatif.
Pada uji yang pertama yakni uji tannin dan polifenol. Sudah dikatakan sebelumnya, uji tanin dan polifenol dilakukan pada sample Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling. Untuk menguji keberadaan suatu tannin dan polifenol maka terlebih dahulu sampel dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk mnghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sample diekstraksi dengan aquadest dengan bantuan pemanasan untuk melarutkan tannin/polifenol agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi dalam dua tabung. Tabung reaksi pertama ditambahkan larutan FeCl3 menghasilkan warna hitam yang menandakan (+) tannin/polifenol. Untuk daun pepaya yang telah digerus kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 2-3 tetes. Setelah penambahan larutan tersebut, warna sampel daun pepaya berubah warna menjadi warna hitam. Hal ini menandakan bahwa dalam dau pepaya terdapat atau + terhadap tanin dan polifenol. Sama halnya dengan sampel Kunyit, Setelah sampel dihaluskan dan di tambahkan dengan larutan FeCl3 maka larutan berubah menjadi warna hitam. Hal ini menandakan bahwa dalam kunyit mengandung tanin dan polifenol. Lain halnya dengan Daun pecah beling, Setelah sampel dihaluskan dan ditambahkan dengan larutan FeCl3 maka larutan berubah warna menjadi warna coklat. Ini membuktikan bahwa dalam Daun pecah beling tidak terdapat senyawa tanin dan polifenol.
Pada uji flavanoid, sampleyang digunakan hanya daun pecah beling. Daun pecah beling dihaluskan dengan tujuan untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa targetnya (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel diekstraksi dengan methanol kemudian larutan disaring untuk memisahkan filtrate dan residunya. Filtratnya diuapkan sehingga filtratnya menjadi pekat. Setelah diuapkan, filtrate diekstraksi lagi dengan n-heksan agar senyawa-senyawa non polar dibawa ke n-heksan, kemudian disaring untuk memisahkan filtrate dan residunya. Residu diekstraksi dengan etanol 80% dan ditambahkan Logam Mg dan dibagi kedalam dua tabung, tabung pertama ditambahkan 0,5 ml HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid akan bereaksi dengan Mg,setelah penambahan HCl, maka daun pecah beling berubah warna menjadi warna merah muda. Hal ini menandakan bahwa dalam daun pecah beling terdapat senyawa flavonoid.
Pada uji alkaloid ini sample digerus atau dihaluskan tujuannya untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sample diekstraksi dengan penambahan kloroform dan diaduk perlahan-lahan. Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Sedangkan pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak yang terjadi antara kloroform dengan bubur target semakin banyak. Hal ini memungkinkan ikatan antara asam tannin dan alkaloid semakin banyak sehingga alkaloid bebas semakin banyak yang terekstraksi. Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dan larutannya ditambahkan asam sulfat 2N dan dikocok kuat-kuat. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N menyakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relative kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan atas (lapisan atas sulfat) diuji dengan pereaksi meyer dan pereaksi dragendorf. Pada uji dengan peeaksi meyer larutan menghasilkan endapan putih yang menandakan (+) alkaloid. Pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan pereaksi meyer adalah :
N + KHgI4 Hg-N Putih
Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.Setelah pengujian dilakukan, pengujian alkaloid ini tidak berhasil. Mungkin dikarenakan oleh larutan asam sulfat yang digunakan merupakan larutan asam sulfat tehnik dan larutan yang seharusnya digunakan adalah larutan kloroform amoniakal akan tetapi pada percobaan ini hanya digunakan larutan kloroform.
V. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa pada uji Tanin dan Polifenol untuk bahan uji Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling, yang positif terhadap senyawa tanin dan polifenol adalah Daun pepaya dan Kunyit sedangkan Daun pecah beling negatif. Untuk Uji flavonoid, Daun pecah beling Positif mengandung senyawa flavonoid. Dan untuk uji senyawa alkaloid, Daun pecah beling negatif terhadap senyawa alkaloid.
Daftar Pustaka
Abraham. 2010.Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Universitas Haluoleo. Kendari
Bogoriani, N.W.2008.Isolasi dan Identifikasi Glikosida Steroid Dari Daun Andong (Cordyline terminalis Kunth). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Harborne, J.B.1967. Metode Fitokimia. ITB. Bandung
Rusnato.2007. isolasi dan Karakterisasi Senyawa Bioaktif Tanaman Ceraken (Croton tiglium L)Sebagai Larvasida Pencegah Demam Berdarah Dengue. Fakultas Teknik Untirta
Sastrohamdjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. UGM. Yogyakarta.
Tugas Setelah Praktikum
1. Tuliskan reaksi umum yang terjadi pada:
a. Uji alkaloid
b. Uji steroid
c. Uji flavonoid
d. Uji tannin dan polifenol
2. Pada uji alkaloid, kesimpilan yang akan saudara berikan (+) atau (-). Jika uji dengan pereaksi meyer (+) sementara uji dengan dragendorf (-) ?
Jawab:
1. a. Reaksi umum pada uji alkaloid
2. Pada uji alkaloid dengan menggunakan uji pereaksi meyer (kalium tetraiodo merkurat) dan pereaksi gragendorf (kalium tetraiodo bismulat).
a. Pada uji pereaksi meyer dihasilkan (+) alkaloid, apabila terbentuk endapan putih. Dimana pereaksi meyer bersifat elektrofilik (Hg2+), mengadisi atom C no 2, dimana terlebuh dahulu K2HgI4 terlarut dalam air secara reversibel dengan mensorvasi asam iodida + KI + HgO. Hg2+ dari HgO membentuk kompleks dengan dua molekul kolid sebagai endapan putih.
b. Menggunakan pereaksi dragendrof (kalium tertaiodo bismutat) hasilnya (+) alkaloid apabila terbentuk endapan hijau atau hitam.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya!!!!!!!!!