I.
Tujuan
Percobaan
·
Mengelolah limbah cair dengan
menggunakan proses penyaringan pasir lambat (Sand
Filter).
II.
Perincian
kerja
·
Memasukkan
limbah cair ke dalam penyaringan pasir l
ambat
·
Memasukkan
TDS pada limbah cair pada sebelum dan sesudah proses.
III.
Alat
dan bahan
·
Alat
Keterangan
A = Tangki limbah Cair
B = Kran
inlet Limbah Cair
D = tabung
Sand Filter
E = Tempat
Penampungan air olahan
C = kran
pengeluaran air olahan
·
Furnace
·
Cawan Porselen
·
Pipet Ukur
·
Gegep
·
Oven
·
Desikator
Ø
Bahan
-
Sampel
-
Aquades
IV.
Dasar
Teori
Teknologi
saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah
saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down
flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka
sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan
pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah
bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup
banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan
air baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang
sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi
dengan baik, terutama pada musim hujan.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim
hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka
perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak
pengendapan awal atau saringan "Up Flow" dengan media berikil atau
batu pecah, dan pasir kwarsa / silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air
dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up
Flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air
olahan dan di alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan
ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.
Diagram proses pengolahan serta
contoh rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up Flow ditunjukkan pada
Gambar (1).
Gambar (1) :
Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan pasir lambat
"Up Flow" ganda.
Gambar (2)
: saringan pasir lambat "Up Flow".
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan
telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka
kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas
lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash).
Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow
tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan
dapat dilakukan kapan saja. Saringan pasir lambat "Up Flow" ini
mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah,
serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang konvesional. Kapasitas
pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.
II. KRITERIA
PERENCANAAN SARINGAN PASIR LAMBAT "UP FLOW"
Untuk merancang saringan pasir lambat "Up Flow", beberapa kriteria
perencanaan yang harus dipenuhi antara lain :
- Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.
- Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 M3/M2/Hari.
- Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm.
- Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
- Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm.
- Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
- Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm
- Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
Unit pengolahan air dengan
saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air
sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya
cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan
pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan
pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan "Up
Flow" dengan media berikil atau batu pecah.
Secara umum, proses pengolahan air
bersih dengan saringan pasir lambat Up Flow sama dengan saringan pasir lambat
Up Flow terdiri atas unit proses:
- Bangunan penyadap
- Bak Penampung / bak Penenang
- Saringan Awal dengan sistem "Up Flow"
- Saringan Pasir Lambat Utama "Up Flow"
- Bak Air Bersih
- Perpipaan, kran, sambungan dll.
Kapasitas
pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.
V.
Cara
Kerja
1.
Melakukan pencucian
terhadap media pasir kuarsa dan koral
2.
Melakukan Pelaksanaan pengolahan:
o
Menyiapkan air yang
akan diolah di dalam bak penampungan
o
Mengalirkan air dari
bak penampungan ke pipa filtrasi
o
Membiarkan air
mengalir dan tamping pada bak penampungan hasil.
3.
Melakukan analisa
laboratorium tingkat kandungan TDS dan pH sampel/limbah baik sebelum maupun setelah pengolahan
VI.
Data
Pengamatan
No
|
Berat cawan sampel (g)
|
Berat Cawan + sampel (g)
|
Waktu (s)
|
1
|
29,5132
|
31,3025
|
-
|
2
|
50,9071
|
52,4864
|
16,89
|
3
|
44,0213
|
45,0855
|
29,70
|
4
|
47,5836
|
48,9108
|
31,27
|
5
|
52,4831
|
52,4860
|
34,69
|
VII.
Perhitungan
Penentuan laju alir volume
(debit)
U/ Pengolahan I
Q
= V/t
=
100 ml / 16,86
= 5,93
U/ Pengolahan II
Q
= V/t
=
100 ml / 29,70 s
= 3,37 ml/s
U/ Pengolahan III
Q
= V/t
=
100 ml / 31,27 s
= 3,2 ml/s
U/ Pengolahan IV
Q
= V/t
=
100 ml / 34,69 s
= 2,9 ml/s
I.
Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk Mengelolah
limbah cair dengan menggunakan proses penyaringan pasir lambat (Sand Filter). Pada tahap awal
menyiapkan sampel/limbah yang ingin diolah. Adapun sampel /limbah yang ingin
diolah pada praktikum kali ini yaitu limbah yang banyak mengandung zat padat
tersuspensi (bata). Setelah selesai menyiapkan sampel maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pengolahan dengan menggunakan saringan pasir lambat. Setelah
melakukan proses pengolahan, maka tahap selanjutnya adalah Melakukan analisa laboratorium tingkat kandungan TDS dan pH
sampel/limbah baik sebelum maupun
setelah pengolahan
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya!!!!!!!!!