BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
dunia sekarang ini banyak reaksi yang kita lakukan baik sadar maupun
tidak sadar. Tubuh kita salah satunya, banyak sekali reaksi-reaksi kimia
yang terjadi di dalamnya. Contoh sederhana, korbohidrat yang kita makan
sehari-hari pasti diubah ke bentuk senywa yang diperlukan sesuai dengan
keperluan tubuh kita. Hal ini tentunya tidak berjalan sendiri tentunya
dibantu oleh suatu enzim. Di sini enzin sebagai katalisator untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Dalam dunia nyata contoh reaksi yang
berlangsung lambat adalah perkaratan pada besi (korosi) sedangkan untuk
reaksi yang berlangsung cepat adalah peristiwa ledakan bom. Bom di sini
meledak dalam hitungan detik. namun berbagai reaksi, hal yang harus
kita perhatikan adalah bagaimana cara untuk mempercepat suatu reaksi
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kita tahu bahwa praktikum yang
dilakukan menggunakan waktu yang lama. Untuk mereaksikan suatu zat atau
bahan membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu digunakan suatu
metode untuk mempercepat suatu reaksi. Metode yang digunakan pun
bervariasi sesuai dengan keperluan. Metode itu adalah menaikkan suhu,
sifat pereaksi, konsentrasi suatu zat, luas permukaan,
pengadukan/mekanik, dan lain sebagainya. Jika metode-metode suatu reaksi
tersebut tidak pula berjalan dengan cepat maka kita harus menambahkan
suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi dimana zat tersebut tidak
bereaksi dengan zat pada reaktan, atau dapat dikatakan mempercepat suatu
reaksi tanpa ikut bereaksi. Zat itu dikenal dengan nama katalis
katalis.
Pada
percobaan diperlakukan adalah pemberian variasi suhu dan variasi
volume. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hubungan suhu
terhadap kecepatan suatu reaksi serta serta bagaimana hubungan
penambahan volume terhadap lajunya reaksi. Di sini kita tidak tahu
apakah reaksi berlangsung cepat atau lambat dengan pemberian variasi
suhu dan variasi volume. Selain itu juga apa hubungannya terhadap energi
aktivasi. Maka untuk mengetahui maksud ini maka dilakukannya percobaan
ini agar mahasiswa tahu apakah sama atau beda pengertiannya dalan
literature.
1.2 Prinsip dan Aplikasi Percobaan
Penentuan komstanta laju reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8 saat terjadi perubahan warna pada pencampuran kedua larutan dengan pemberian variasi volume pada K2S2O8 serta variasi suhu. Larutan campuran diberi Na2S2O3
untuk menyerap iod berlebih serta percobaan dilakukan dengan dua
indikator yang berbeda yaitu amilum dan akuades. Reaksi yang terjadi
adalah:
S2O82- + 2I- 2SO42- + I2
Aplikasi dari percobaan ini adalah pada proses pembuatan pupuk ammonia (NH3)
dimana reaksinya berjalan dengan sangat lambat pada suhu rendah, namun
dengan penambahan kateklis Fe + KOH + Al . reaksinya dapat berjalan
dengan cepat (Proses Haber).
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk
menentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Reaksi
Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu. Artinya terjadi
pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi produk
tiap satuan waktu (Keenan,1990).
Hubungan laju reaksi dengan koefisien zatadalah sebagai berikut. Reaksi yang terjadi antara zat A dan zat B:
A + B 3C + D
Maka hubungan laju reakasi adalah;
|
Sedangkan persamaan laju reaksinya adalah;
V = K[A][B]2
Dimana
V adalah laju reaksi, K adalah konstanta laju reaksi dan [A][B] adalah
konsentrasi dari zat yang bereaksi.nilai pangkat menyatakan koefisien
zat ataupun orde dari reaksi tersebut. Orde reaksi berrti menjelaskan
tentang tingkat reaksi atau hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan
(Petrucci,1985).
Persamaan laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu
penerapan praktis dan penerapan teoritis. Dikatakan untuk penerapan
praktis adalah dimana telah diketahui persamaaan laju reaksi dan
konstanta laju reaksi, dapat diramalkan laju reaksi dari komposisi
campuran , sedangkan penerapan teoritis adalah dimana laju persamaan
digunakan untuk menentukan mekanisme reaksi (Atkins,1990).
Laju reaksi terukur, sering kali sebanding dengan
konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya, laju itu sebanding dengan
konsentrasidua reaktan A dan B, sehingga;
|
Koefisien
K disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi tetapi
bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini yang ditentukam secara
eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal, hukum laju adala
persamaan yang menyatakan laju reaksi V sebagai fungsi dari konsentrasi
semua spesies yang ada termasuk produknya (Atkins, 1990).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Laju suatu reaksi kimia dpat dipengaruhi oleh lima faktor
untuk zat yang bersifst larutan dan ada enam faktor untuk zat yang
bersifat gel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai
berikut (Gillas,1984):
a) Konsentrasi
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan
dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka nilai laju
reaksi akan semakin besar pula. Hal ini dikarenakan jumlah zat semakin
besar dan peluang untuk melakukan tumbukan semakin besar. Sehinngga laju
reaksi semakin cepat (Anonim a,2011).
b) Suhu
Setiap zat mamiliki energi, zat tersebut akan bereaksi membentuk
produk bila energi aktivasinya terpenuhi. Dengan menaikan suhu pada
system, berarti akan terjadi peristiwa menaikan energi aktivasi dan zat
menjadi lebih mudah bergerak, sehingga lebih mudah terjadi tumbukan dan
laju reaksi akan menjadi lebih tinggi (Wiryoatmojo, 1988).
c) Luas Permukaan Sentuh
Umumnya zat yang digunakan adalah padatan yang dilarutkan dalam
suatu pelarut. Luas permukaan total zat tersebut akan semakin bertambah
bila ukurannya diperkecil, maka semakin halus suatu zat, laju reaksi
akan semakin besar karena luas permukaan yang bereaksi semakin besar
(Roth dan Blaschke,1989).
d) Sifat Dasar Pereaksi
Setiap zat memiliki sifat yang khas. Ada yang bersifat padatan, gas
dan cairan. Secara khas, zat yang bersifat gas adalah zat yang paling
mudah bereaksi, kemudian tercepat kadua adalah cairan, kemudian padatan.
Semakin renggang suatu zat maka laju reaksi akan semakin besar karena
zat tersebut mamiliki partikel yang makin bebas dan mudah bertumbukan
(Martin,1990).
e) Tekanan
Faktor tekanan yang berlaku jika pereaksi adalah gel. Penambahan
tekanan akan membuat volume suatu zat akan semakin kecil dan konsentrasi
akan semakin besar. Umumnya proses penambahan tekanan ini dilakukan
pada industri amonia (Noerdin,1986).
f) Katalisator
Katalisator adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat laju
reaksi. Katalisator tidak mengalami perubahan kekal dalam reaksi namun
mungkin terlibat dalam reaksi. Katalis mempercepat suatu reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi, namun tidak mengubah entalpi reaksi. Katasis
ditambahkan pada zatdalam jumlah yang sedikit dan umumnya bersifat
spesifik untuk setiap reaksi (Arsyud,2001).
2.3 Energi Aktivasi
Sebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling
bertumbukan membentuk suatu mlekul kompleks aktif, yang kemudian berubah
menjadi hasil reaksi (Produk). Energi yang di butuhkan untuk membentuk
kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi (Sukardjo, 1985).
Berdasarkan hasil pengamatan, ada dua faktor yang
mempengaruhi keefektifan suatu molekul untuk bertumbukan, yaitu
(Petrucci,1985).
1. Hanya molekul yang lebih energetic dalam campuran reaksi akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan.
2. Probablitas tumbukan untuk menghasilkan reaksi bergantung pada orientasi molekul yang bertumbukan.
|
|
Dimana EA adalah energi aktivasi zat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember, dua
buah gelas beaker, corong, pipet ukur, batang pengaduk, thermometer,
botol semprot, penangas air, spatula, dan pipet tetes.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah
akuades, amilum, larutan kalium iododa (KI), larutan kalium
peroksodisulfat (K2S2O8), dan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
3.2 Analisis Bahan
3.2.1 Akuades
Akuades merupakan cairan tak berwarna yang memiliki densitas 1,00 gr/mL, akuades memiliki titik beku 00C serta memiliki titik didih 100 0C.
akuades merupakan air yang telah dimurnikan melelui proses destilasi
(penyulingan), sehingga bebas dari garam terlarut dan senyawa lain
(Daintith,1994).
3.2.2 Amilum
Amilum merupakan karbohidrat putih yang tidak berbau dan tidak
berasa. Dapat dideteksi dengan adanya perubahan warna menjadi biru
kehitaman saat ditambahkan iodine. Senyawa ini terdiri atas rantai
cabang molekul glukosa (Anonim b, 2011).
3.2.3 Larutan Kalium Iodida (KI)
Kalium iodida merupakan padatan kristalin putih yang larut dalam
air dan etanol serta aseton. Pada larutan, KI dapat melarutkan iodin.
Memiliki massa molar 166 gr/mol, densitas 9,123 gr/cm3, titik didih 1330 0C, dan titik leleh 681 0C. dapat larut sempurna dalam ammonia dan bersifat higroskopis (Daintith,1994).
3.2.4 Larutan Kalium Peroksodisulfat (K2S2O8)
Kalium peroksodisulfat merupakan padatan kristalin merah jinngga
bening yang bersifat higroskopis. Kristalnya berbentuk prisma dengan
berat molekul 294,18 gr/mol. Memiliki densitas 2,676 gr/ml, dengan titik
leleh 34,8 0C, mudah larut dalam air dengan kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu (Basri,2002).
3.2.5 Larutan Natriun Tiosulfat (Na2S2O3)
Natrium tiosulfat merupakan padatan yang bersifat putih
kepekatan. Senyawa ini larut dalam air namun tidak larut dalam etanol.
Larutan berair larutan natrium tiosulfat mudah terdistribusi dan menjadi
natrium tetra tiosulfat dan natrium sulfat (Kusuma,1983).
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penggunaan Amilum sebagai Indikator
Percobaan paling awal dilakukan pada percobaan ini
adalahmenyiapkan larutan kalium iododa (KI) 0,4 M, larutan natrium
tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 M, larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8) 0,02 M, serta disiapkan amilum dan akuades sebagai indikator. Untuk amilum serbuknya dilarutkan dalam air panas.
Percobaan
awal disediakan gelas beaker 2 buah. Kemudian dimasukkan pada beaker
pertama larutan KI sebanyak 5ml dan pada gelas beaker kedua diisikan K2S2O8 sebanyak 1 ml ditambah larutan Na2S2O3 sebanyak2,5
ml serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua. Lalu masing-masing
gelas beaker dimasukan pada ember yang terisi es batu untuk menurunkan
suhunya sampai 20 hingga mencapai suhu 20oC. setelah mencapai
suhu yang diinginkan kemudian isi dari setiap gelas beaker dicampur dan
diaduk hingga terjadi perubahan warna, lalu dicatat hasilnya. Lakukan
prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan dilakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8 yaitu 1 ml, 3 ml dan 5ml untuk masing-masing suhu di atas.
3.3.2 Penggunaan Air Suling sebagai Indokator
Hal
yang dilakukan pertama kali adalah disediakan beaker 2 buah. Lalu
dimasukkan pada beaker pertama 5 ml KI dan pada gelas beaker kedua
diisikan 1 ml K2S2O8 ditambah larutan Na2S2O3 2,5 ml serta 6 tetes larutan akuades pada beaker kedua. Dinginkan pada es batu dalam ember hingga mencapai suhu 20oC.
setelah sehu tercapai kedua larutan dicampurkan dan diaduk hingga
terjadi perubahan warna bening menjadi kuning, dicatat hasilnya. Lakukan
prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8 tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.
3.4 Rangkaian Alat 1
2
Keterangan;
1. Batang pengaduk
2. gelas beaker
Gambar; rangkaian alat uji reaksi
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
1. Amilum
No
|
Volume (ml)
|
T (oC)
|
Waktu
t (detik)
|
Warna
| |||
KI
|
Na2S2O3
|
K2S2O8
|
Amilum
| ||||
1.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
20
|
20 menit, 15
|
Biru Tua
|
2.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
20
|
04 menit, 44
|
Biru Tua
|
3.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
20
|
04 menit, 44
|
Biru Tua
|
4.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
25
|
18 menit, 36
|
Biru Tua
|
5.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
25
|
05 menit, 10
|
Biru Tua
|
6.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
25
|
02 menit, 40
|
Biru Tua
|
7.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
30
|
15 menit, 31
|
Biru Tua
|
8.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
30
|
03 menit, 29
|
Biru Tua
|
9.
|
5 ml
|
2,5 ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
30
|
02 menit, 28
|
Biru Tua
|
2. Akuades
No
|
Volume (ml)
|
T (oC)
|
Waktu
t (detik)
|
Warna
| |||
KI
|
Na2S2O3
|
K2S2O8
|
Akuades
| ||||
1.
|
5 ml
|
2,5ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
20
|
08 menit, 57
|
Kuning
|
2.
|
5 ml
|
2,5ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
20
|
05 menit, 45
|
Kuning
|
3.
|
5 ml
|
2,5ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
20
|
04menit,12
|
Kuning
|
4.
|
5 ml
|
2,5ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
25
|
13 menit, 43
|
Kuning
|
5.
|
5 ml
|
2,5ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
25
|
04 menit, 58
|
Kuning
|
6.
|
5 ml
|
2,5ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
25
|
03 menit , 39
|
Kuning
|
7.
|
5 ml
|
2,5ml
|
1 ml
|
6 tetes
|
30
|
13 menit, 28
|
Kuning
|
8.
|
5 ml
|
2,5ml
|
3 ml
|
6 tetes
|
30
|
4 menit, 11
|
Kuning
|
9.
|
5 ml
|
2,5ml
|
5 ml
|
6 tetes
|
30
|
7 sekon
|
Kuning
|
| | | | | | | |
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
Langkah awal percobaan disediakan gelas beaker 2 buah . kemudian
dimasukkan pada gelas beaker pertama 5 ml kalium iodida (KI) dan pada
gelas kedua dimasukan 1 ml K2S2O8 ditambah 2,5 ml larutan Na2S2O3 serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua ini. KI disini digunakan sebagai reaktan (pereaksi) yang direaksikan dengan K2S2O8 dan Na2S2O3 serta 6 tetes larutan amilum. Kegunaan K2S2O8 disini adalah sebagai oksidator untuk membentuk iod dari mylase. Iod yang berlebih akan diikat oleh Na2S2O3. Pada percobaan amilum harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan K2S2O8 dan Na2S2O3.
Ini dikarenakan untuk mengaktifkan enzim beta mylase. Apabila hal ini
tidak dilakukan maka warna yang dihasilkan akan kecoklatan saat reaksi
kesetimbangan tercapai karena enzimnya tidak bekerja dengan maksimal.
Selain itu juga akan menghasilkan galat pada hasil, sehingga hasilnya
tidak sama dengan teorinya. Na2S2O3 juga
harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya. Hal ini dilakukan agar
ion sulfatnya larut sempurna. Jika tidak maka akan terjadi endapan hitam
yang disebut endapan sulfur.
Larutan didinginkan hingga mencapai suhu tepat 20oC.
setelah hal ini terpenuhi kemudian kedua zat dalam gelas beaker
dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, kemudian dicatat
waktu yang diperlukan. Kemudian dilakukan prosedur yang sama untuk suhu
25oC dan 30oC serta lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume untuk larutan K2S2O8 tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.
Perbedaan warna pada saat penambahan amilum dan akuades dikarenakan
bahwa kedua larutan tersebut berikatan kompleks dengan iod, jadi
menyebabkan perubahan warna biru untuk pemberian indikator amilum dan
warna kuning untuk indikator akuades. kegunaan akuades disini juga
digunakan untuk melarutkan larutan,
KI disini sebagai reaktan yang nantinya akan terurai menjadi ion-ionnya di dalam larutan dan berikatan dengan K2S2O8. Sehingga reaksi yang dihasilkan adalah;
S2O82- + 2I- 2SO42- + I2
Pada
percobaan larutan campuran diaduk secara terus-menerus. Hal ini
dilakukan untuk mempercepat reaksi sebab kecepatan reaksi berlangsung
lambat pada suhu rendah. Selain itu pengadukan juga membantu tumbukan
antar partikel-partikel dalam larutan campuran sehingga reaksi
kesetimbangan cepat berlangsung. Hal ini juga menyebabkan terjadinya
perubahan warna dikarenakan iod dan enzim beta amylase berikatan. Untuk
percobaan akuades sebagai indikator KI terurai membentuk ion K dan I
sehingga warna dasar dari timbul yaitu kuning. Untuk percobaan
konsentrasi KI lebih pekat dari K2S2O8 karenayang akan dideteksi adalah iod berlebih dan indikator.
Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan. Iod yang tidak berikatan ini akan ditangkap dengan oleh Na2S2O3.
Jika iod telah berikatan maka akan ditandai dengan berubahnya warna
suatu larutan. Pada percobaan ini, indikator amilum berubah menjadi biru
dan indikator akuades berubah warna menjadi kuning.
Proses
percobaan dilakukan dengan pemberian variasi suhu dalam campuran yang
diujikan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah laju reaksi dapat
berlangsung secara cepat dengan kenaikan suhu atau sebaliknya. Laju
suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu karena molekul-molekul
sering bertabrakan dengan benturan yang lebih besar karena gerakannya
cepat dan untuk variasi volume, semakin besar volumenya maka jumlah mol
akan semakin banyak sehingga laju reaksi semakin cepat contohnya di sini
pada variasi volume k2S2O8 diberikan untuk membuktikannya.
Amilum adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna biru tua
kompleks pati karena berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada
permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari amilum. Beta
mylase inilah yang membentuk adanya warna biru tua. Sifat-sifat air
adalah sebagai pelarut universal dan bisa juga sebagai indikator yang
mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di dalam larutan. Warna
yang dihasilkan adalah kuning, yang berarti iod telah habis bereaksi
dengan larutan.
Percobaan ini tidak perlu menggunakan katalis. Katalis adalah suatu zat
yang ditambahkan pada reaktan yang berguna untuk mempercepat laju
reaksi tanpa ikut bereaksi. Jika pada percobaan ini berlangsung lama
seperti pada proses esterifikasi, maka perlu digunakan katalis. Hubungan
laju reaksi dengan energi aktivasi pada percobaan ini adalah berbanding
terbalik, yaitu semakin tinggi konstanta laju reaksi maka energi
aktivasinya semakin rendah sehingga suatu reaksi dapat berlangsung
cepat. Energi aktivasi adalah energi dimana panas minimal yang harus
dimiliki molekul-molekul sebelum bereaksi. Ketika suatu senyawa
bereaksi, maka senyawaan itu mengeluarkan energi panas minimum untuk
bereaksi, sehingga laju semakin cepat dan energi aktivasi akan
berkurang. Oleh sebab itu energi aktivasi memiliki nilai yang lebih
rendah dibanding konstanta laju reaksi.
4.2.2 Analisis Hasil
Konstanta
laju dengan laju reaksi berbanding lurus karena semakin cepat laju
reaksi, maka konstanta laju semakin besar dan apabila konstanta laju
reaksi semakin kecil maka suatu reaksi akan berlangsung lambat
Hubungan
laju reaksi dan suhu , pada percobaan ini semakin tinggi suhu yang
diberikan maka semakin cepat reaksi tersebut berlangsung. Pembuktiannya
bahwa , pada percobaan ini diberikan volume yang tetap dengan suhu yang
divariasikan, laju reaksi semakin cepat. Dapat dilihat pada data
pengamatan. Namun ada terjadi kesalahan hasil dengan volume tetap 3 ml
untuk percobaan dengan indikator amilum pada suhu serta kesalahan juga
terjadi pada volume 1ml larutan K2S2O8 sebab
mengalami perlambatan dengan kenaikan suhu, kejadian ini terjadi pada
pemberian indikator akuades. untuk suhu yang divariasikan dari 20oC, 25oC, dan 30oC dalam percobaan amilum. Antara suhu 25oC dan 30 oC lebih cepat laju reaksi pada suhu 25 oC. Ini terjadi dikarenakan ketidak teraturan dalam pengadukan.
Akuades sebagai indikator pada volume 1 ml K2S2O8 dan suhu yang berbeda 20 oC, 25 oC, dan 30 oC terdapat kesalahan hasil, sama halnya dengan pelarut amilum volume K2S2O8 3ml. Seharusnya, suhu 30 oC lebih cepat laju reaksinya dibanding dengan suhu 25 oC,
karena semakin tinggi suhu maka akan terjadi tumbukan yang lebih keras
sehingga memecah tiap-tiap molekul yang menyebabkan suatu larutan
semakin mudah untuk larut. Jika dilihat dalam data percobaan hal ini
dikarenakan pengadukan yang tidak efisien atau tidak teratur.
Berdasarkan data ini bahwa semakin tinggi suhu maka konstanta laju
reaksi akan semakin besar.
Dilihat
dari hasil, jika dibandingkan konstanta laju reaksi pada amilum dan
akuades lebih besar konstanta laju reaksi akuades. Ini dikarenakan
akuades merupakan pelarut polar dan pelarut universal sehingga dapat
dengan mudah melarutkan suatu larutan yang bersifat polar. Jika dilihat
dari energi aktivasinya, lebih besar energi aktivasi pada senyawa
amilum. Hal ini terjadi karena energi aktivasi amilum diperlukan pada
saat awal reaksi, sehingga energi yang diperlukan besar dibanding dengan
akuades.
Selain itu, konstanta laju reaksi pada larutan amilum suhu 25oC dan 30oC
berbeda, seharusnya konstanta lajunya sama walaupun adanya variasi
volume. Terjadi kesalahan hasil didasari oleh beberapa faktor, yaitu
terlambatnya ketika menekan stop watch pada saat reaksi dimulai,
proses pengadukan berbeda karena melakukannya secara bergantian,
pengukuran suhu yang tidak sesuai, dan pencucian alat yang kurang
bersih, sehingga zat-zat tersebut terkontaminasi yang menimbulkan hasil
yang berbeda.
Pada
percobaan di awal yaitu pada percobaan dengan amilum terjadi pemakaian
waktu yang sangat lama untuk reaksi mencapai kesetimbangan. Ini terjadi
kesalahan diakibatkan larutan amilum tidak terlalu lama dipanaskan
sehingga enzim beta amilasenya tidak aktif dan juga karena adanya
unsure-unsur punggangu dalam larutan sehingga menyebabkan reaksinya
tidak sempurna.
Hubungan
konstanta laju reaksi dengan suhu adalah berbanding lurus, sedangkan
hubungan energi aktivasi dengan kecepatan laju reaksi berbanding
terbalik yaitu semakin besar energi aktivasi yang dimiliki tiap zat maka
reaksi berlangsung lambat dan semakin kecil energi aktivasi yang
dimiliki setiap zat maka reaksi semakin cepat berlangsung.
Konstanta laju reaksi untuk indikator amilum untuk 1ml berturut-turut pada suhu 200 adalah - 6,648 x 10-3 - 2,886 x 10-2 , - 2,874 x 10-2. Sedangkan untuk 3 ml pada suhu 30 0C adalah - 7,238 x 10-3 , - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini adalah :
1. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka suatu reaksi dapat berlangsung cepat.
2. Akuades memiliki nilai koefisien laju reaksi yang tinggi dibandingkan amulum
3. Konstanta laju untuk indikator amilum pada suhu 25 0C adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.\
4. Energi aktivasi untuk K2S2O8 pada indikator amilum untuk variasi volume berturut-turut adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2
5. Energi aktivasi untuk indikator akuades adalah berturut-turut berdasarkan volume 1 ml, 3 ml, 5 ml adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.
5.2 Saran
Untuk
praktikum selanjutnya, ada baiknya ditambahkan atau gunakan perbedaan
konsentrasi pereaksi. Agar lebih mengetahui apa yang terjadi jika
konsentrasinya berbeda. Larutan seperti KI bisa diganti dengan liI, BaI2, dan lain-lain. Atau ada baiknya digunakan pemberian katalis.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2001, “Kamus Kimia; arti dan Penjelasan Ilmiah”, Erlangga, Jakarta.
Atkins, P.W, 1990, “Kimia Fisika”. Jilid II, Edisi V, Penerjemah: Kartohadiprodjo, Erlangga, Jakarta.
Basri, S, 2003, “Kamus Lengkap Kimia”, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Daintith, J, 1994, “Kamus Lengkap Kimia Oxford, Erlangga, Jakarta.
Gilles, R.V, 1984, “Mekanika Fluida dan Hidrolika”, Edisi II, Penerjemah: Herwan Widodo, Erlangga, Jakarta.
Keenan,
K, dan Wood, 1990, “Kimia Untuk Universitas”, Jilid I, Edisi VI,
Penerjemah, Aloysius, H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Kusuma, S, 1983, “Pengetahuan Bahan-Bahan”, Edisi III, Erlangga, Jakarta.
Martin, A, 1990, “Farmasi Fisika”, UI-Press, Jakarta.
Noerdin, I, 1986, “Buku Materi Pokok Larutan”, Karonika, Jakarta.
Petrucci, K.H, 1985, “Kimia Dasar”, Edisi IV, Jilid II, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Roth, H.G dan Blaschke. S, 1985, “Analisis Farmasi”, Penerjemah: Sarjono Kumar, UGM-Press, Yogyakarta.
Sukarjo, 1985, “Kimia Koordinasi”, Binarupa Aksara, Jakarta.
Vogel, A.L, 1990, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”, Edisi V, Kaliman Media Pustaka, Jakarta.
Wiryoatmojo, S, 1988, “Kimia Fisika I”, Departemen P dan K, Jakarta.
Revina Allundaru dan Tanty Wisley Sitio, “ STUDI KINETIKA REAKSI
EPOKSIDASI MINYAK SAWIT Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.
Jawaban Pertanyaan
1.
Karena larutan kalium iodida pada larutan akan terurai menjadi
ion-ionnya. Iod yang terurai diikat oleh natrium tiosulfat, sedangkan
iod yang berlebih akan bereaksi dengan indikator yang dipakai. Perubahan
warna menandakan iod telah habis bereaksi, semakin pekat kalium iodida,
maka semakin cepat perubahan warna terjadi, karena konsentrasi larutan
merupakan salah satu faktor yang mempercepat laju reaksi, di mana banyak
molekul di dalam larutan sehingga ada tumbukan yang terjadi membuat
laju reaksi semakin cepat. Maka dari itu larutan kalium iodida harus
jauh lebih pekat dari larutan persulfat dan tiosulfat.
2. Jika pada keadaan suhu yang sama, konsentrasi iodida dalam keadaan berlebih, tf pada fraksi tertentu dari persulfat dapat dilihat dengan menambahkan sejumlah Na2S2O8 dan amilum, yang tidak mempengaruhi kecepatan reaksi dan memberikan warna biru yang timbul pada larutan.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya!!!!!!!!!