Friday, 26 October 2012

KONDUKTOMETRI


A.  TUJUAN PERCOBAAN
·      Menjelaskan prinsip konduktometri
·      Melakukan titrasi konduktometri
·      Mencari hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan

B.  PERINCIAN KERJA
·      Kalibrasi konduktometri
·      Titrasi asam-basa
·      Hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi

C.  ALAT YANG DIGUNAKAN
·      Konduktometer 660 dan Dosimat 665
·      Elektroda immersion cell dengan K= 0,77 cm-1
·      Resisten thermometer Pt-100
·      Gelas kimia 50 ml, 100 ml, 250 ml
·      Pipet ukur 10 ml, 5 ml
·      Pipet volume 10 ml, 5 ml
·      Labu takar 50 ml
·      Labu semprot dan Bola isap

D.  BAHAN YANG DIGUNAKAN
·      KCl (khusus untuk immersion cell)
·      NaOH 1M dan 0,1N
·      HCl 0,1N
·      Aquadest dan Es

E.         Dasar Teori
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.
Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut :
·      Beda tegangan antara kedua elektroda.
·      Konsentrasi ion-ion.
·      Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya.
·      Suhu larutan.
·      Luas permukaan masing-masing elektroda.
·      Jarak antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih (over voltage) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut “platinizing”.
Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.
Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap senyawa mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara konduktivitas K pada suhu 20 oC dengan konduktivitas K pada suhu noC dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
dimana:
Untuk menghitung koefisien suhu digunakan rumus :
Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu yang lain (misalnya 30 °C).
Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC (alternative current) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi dari arus tersebut perlu diatur sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai berikut :
·      Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz (2 kHz). Frekuensi tinggi dipakai untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi (lebih dari 100 μS/cm), selain itu untuk titrasi konduktometri.
·      Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz (300 Hz) untuk konduktivitas dibawah 1 mS/cm.
Jenis elektroda konduktometri (measurung cell) harus dipilih sesuai dengan konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuran.
 Konduktometri ini merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda
G = l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
V = 100 / C
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm
V = A = 100 / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga:
L = a/d  x S Ci S1
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan

Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri.

Titrasi Konduktometri

Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :
H+  +  Cl-  +  OH-  +  Na+             H2O  +  Cl-  +  Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H­­+ dan Cl- yang masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan potensiograph/titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan  potensiometri titik akhir tidak jelas lagi.

Pemeliharaan Elektroda

Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi  yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda dihitung dengan rumus :
F.            Data pengamatan
a.   Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) dari beberapa konsentrasi larutan asam atau basa
NO
Konsentrasi
NaOH (M)
Konduktivitas Larutan
1
2
3
4
5
1
0,5
0,1
0,05
0,01
199,9
138,5
30,6
15,69
3,32






b.   Titrasi NaOH dengan HCl untuk penentuan konduktivitas

NO.
Volume NaOH ( ml )
Konduktivitas ( mS )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2,13
1,810
1,556
1,373
1,157
0,942
0,714
0,654
0,730
0,844
0,964
0,109
1,228
1,344
1,471
1,605
1,727
1,848
1,976
2,10
2,12




G.  PERHITUNGAN
a.    Pembuatan Larutan NaOH


·      Pembuatan larutan HCl 1M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
50 mL  .   1M    =  V2 · 1M
                 V2     =  50 ml
·      Pembuatan larutan HCl 0,5M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,5M   =  V2 · 1M
                 V2     =  50 ml
·      Pembuatan larutan HCl 0,1M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,1M   =  V2 · 1M
                 V2     =  10 ml
·      Pembuatan larutan HCl 0,05M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100  mL  . 0,05M =  V2 · 1M
                 V2     =  5 ml
·      Pembuatan larutan HCl 0,01M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,01M =  V2 · 1 M
                 V2     =  1  ml
                                            


·         Penentuan Konsentrasi HCl
Dari kurva diperoleh volume NaOH saat terjadi titk akhir sebesar 7 ml.
Dik         : V1      = 7 ml
     V2      = 10 ml
     N1      = 0,1
Dit : N2…………………?
Penyelesaian :
V1  N1 = V2 N2
7 ml x 0,1 N       = 10 ml x N2
N2              =  0,07 N      
Normalitas HCl = Molaritasnya= 0,07 M
Jadi, dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,07 M
H.           PEMBAHASAN
Percobaan yang kami lakukan adalah titrasi konduktometri untuk mengukur daya hantar listrik, titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan nonelektrolit kita tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, sehingga akan berhubungan juga dengan adanya ion – ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion – ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.
Dalam titrasi konduktometri yang kami lakukan penentuan daya hantar listrik sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantar listriknya. Sehingga kita harus menjaga temperature larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan berdasarkan perbedaan konsentrasi dari larutan tersebut. Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik yang kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion –ion dalam larutan tidak dapat bergerak dengan bebas.
Pada awal percobaan ini kami menentukan konduktivitas setiap larutan HCl dengan konduktometer. Kami menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu larutan HCl 1 M, 0,5 M, 0,1, 0,005, dan  0,01 M, berikut kurvanya
Dari kurva diatas terlihat pengaruh dari konsentrasi larutan HCl terhadap nilai daya hantar listrik dalam suatu larutan,  semakin tinggi konsentrsi HCl dalam larutan maka nilai daya hantar listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas).Hal lain yang mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis larutan.
Selanjutnya melakukan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer untuk mempermudah dalam pengukuran konduktansi suatu larutan. Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai  outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat).
Penambahan titran dalam praktikum dilakukan secara bertahap menggunakan dosimat Setiap penambahan 1 mL titran dilakukan pencatatan konduktansi larutan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi. Setelah penambahan titran larutan dihomogenkan menggunakan stirer magnetik. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang ditambahkan benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah representatif atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya elektroda dari konduktometer dicelupkan ke dalam larutan dan terukur konduktansinya. Elektroda tersebut dibersihkan dengan akuades dari sisa larutan pada pengukuran sebelumnya.
Pada titrasi konduktometri ini kami menggunakan Titrasi asam kuat- basa kuat Sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Dari kurva terlihat pada volume NaOH dari 0 ml sampai 7 ml  terlihat konduvitas larutan semakin turun hal ini terjadi karena pada volume ini Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH  lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Dari hasil praktikum diketahui  pada saat terjadi titik akhir titrasi Volume titran sebanyak 7 ml dan konduktivitas larutan sebesar 0,6 Ms/cm,  sehingga diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,07 dari hasil perhitungan.
Pada percobaan masih ada penyimpangan, namun penyimpangan ini masih relatf kecil sehingga diabaikan. Karena konsentrasi HCl yang dibuat dengan cara pengenceran tidak sama nilainya yang diuji dengan metode titrasi konduktometri. Dimana diketahui Konsentrasi HCl dengan metode pengenceran sebesar 0,1 namun setelah diuji dengan titrasi koduktometri konsentrasi HCl sebesar 0,7.  Adapun penyebab terjadinya penyimpangan ini disebabkan antara lain:
1.      Praktikan kurang terampil dalam mengukur volume dengan menggunakan pipet.
2.      Kesalahan dalam melakukan pengenceran.








Kesimpulan
1.      Semakin tinggi konsentrasi NaOH dalam larutan maka akan semakin tinggi konduktifitasnya.
2.      Konsentrasi dan temperature larutan sangat mempengaruhi besarnyanilai daya hantar listrik yang dihasilkan.
3.      Dari beberapa konsentrasi HCl diperoleh konduktivitasnya sebagai berikut:
a.       HCl 1 M = 199,9 ms/cm
b.      HCl 0,5 M = 138,5 ms/cm
c.       HCl 0,1 M = 30,6 ms/cm
d.      HCl 0,05 M = 15,69 ms/cm
e.       HCl 0,01 M = 3,32 ms/cm
4.      Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas).
5.      Dari hasil titrasi diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,7.

I.          DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.



0 comments:

Post a Comment

Komentarnya!!!!!!!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...