A. TUJUAN PERCOBAAN
·
Menjelaskan
prinsip konduktometri
·
Melakukan
titrasi konduktometri
·
Mencari
hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan
B. PERINCIAN KERJA
·
Kalibrasi
konduktometri
·
Titrasi
asam-basa
·
Hubungan
antara konduktivitas dengan konsentrasi
C.
ALAT
YANG DIGUNAKAN
·
Konduktometer
660 dan Dosimat 665
·
Elektroda
immersion cell dengan K= 0,77 cm-1
·
Resisten
thermometer Pt-100
·
Gelas
kimia 50 ml, 100 ml, 250 ml
·
Pipet
ukur 10 ml, 5 ml
·
Pipet volume 10 ml, 5 ml
·
Labu
takar 50 ml
·
Labu
semprot dan Bola isap
D. BAHAN YANG DIGUNAKAN
· KCl (khusus
untuk immersion cell)
·
NaOH
1M
dan 0,1N
·
HCl
0,1N
·
Aquadest
dan Es
E.
Dasar Teori
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa,
yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas
berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar
tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas
larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm).
kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan
mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda
tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke
anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial
antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi
elektrolisa.
Besarnya arus
yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut :
·
Beda
tegangan antara kedua elektroda.
·
Konsentrasi
ion-ion.
·
Sifat
ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi
dengan molekul lain dan sebagainya.
·
Suhu
larutan.
·
Luas
permukaan masing-masing elektroda.
·
Jarak
antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas
permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang
tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda.
Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan
dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih
(over voltage) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk
mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan
platinum yang halus dan aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut
“platinizing”.
Parameter harus dipertahankan tetap sama selama
pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi
yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan
air pada suhu tertentu dari thermostat.
Perubahan
konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap senyawa
mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara konduktivitas K pada suhu 20 oC
dengan konduktivitas K pada suhu noC
dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
dimana:
Untuk menghitung koefisien suhu digunakan rumus :
Koefisien suhu
bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan sendiri
dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu yang
lain (misalnya 30 °C).
Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus
AC (alternative current) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh
karena itu frekuensi dari arus tersebut perlu diatur sesuai dengan
konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai berikut :
·
Tombol
FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz (2 kHz). Frekuensi tinggi dipakai
untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi (lebih dari 100 μS/cm),
selain itu untuk titrasi konduktometri.
·
Tombol
FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz (300 Hz) untuk konduktivitas dibawah 1
mS/cm.
Jenis
elektroda konduktometri (measurung cell) harus dipilih sesuai dengan
konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai
untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan
tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.
Suhu
dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya
dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu
cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis,
kecuali bila tombol RANGE ditekan.
Apabila kita
ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga
konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur,
maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan
daerah pengukuran.
Konduktometri ini merupakan
metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya
hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di
dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di
dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya
hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu
larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus
dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda
G = l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan
ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu
zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^)
yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di
antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan
berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif.
Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3)
yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
V = 100 / C
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali
luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm
V = A = 100 / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I =
arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan
dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak
terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan
sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran
L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a,
konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen
ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d,
sehingga:
L = a/d x S Ci S1
Tanda
S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat
aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C
tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan
nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk
mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang
tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida
standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan
lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada
elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam
pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi
demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya
hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua
elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer
diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar
Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan
larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun
karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu
sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik
selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya
efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan
derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit
lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti
akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya
terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada
penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium
klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika
terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada
penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh
penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang
konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari
titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk
mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum
dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama
pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding
dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi.
Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam
pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah
sangat penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur
dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam
bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari)
konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan
berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira
0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam
reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada
ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih
terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri.
Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan
kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga
terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi
perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
H+
+ Cl- + OH- + Na+
H2O +
Cl- + Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+
dan Cl- yang masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar
( 25 °C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada
penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH-
membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan
berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga
konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+
sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir
titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-,
sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total
larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai
berikut :
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa
lemah, karena penggunaan potensiograph/titroprocessor
dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi
konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi
ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi
konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan
titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk
menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir
ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara
konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir
yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan
dengan potensiometri titik akhir tidak
jelas lagi.
Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar
dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi
dengan air lalu disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk
jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali
elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin
procedure dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing
elektroda perlu dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya
dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di
konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda
dihitung dengan rumus :
F.
Data pengamatan
a. Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) dari beberapa konsentrasi larutan asam
atau basa
NO
|
Konsentrasi
NaOH (M)
|
Konduktivitas Larutan
|
1
2
3
4
5
|
1
0,5
0,1
0,05
0,01
|
199,9
138,5
30,6
15,69
3,32
|
b. Titrasi NaOH dengan HCl untuk penentuan konduktivitas
NO.
|
Volume NaOH ( ml )
|
Konduktivitas ( mS )
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
2,13
1,810
1,556
1,373
1,157
0,942
0,714
0,654
0,730
0,844
0,964
0,109
1,228
1,344
1,471
1,605
1,727
1,848
1,976
2,10
2,12
|
G. PERHITUNGAN
a.
Pembuatan Larutan NaOH
· Pembuatan
larutan HCl 1M
V1
. N1
= V2 . N2
50 mL . 1M =
V2 · 1M
V2 =
50 ml
· Pembuatan
larutan HCl 0,5M
V1
. N1
= V2 . N2
100 mL . 0,5M =
V2 · 1M
V2 =
50 ml
· Pembuatan
larutan HCl 0,1M
V1
. N1
= V2 . N2
100 mL . 0,1M =
V2 · 1M
V2 =
10 ml
· Pembuatan
larutan HCl 0,05M
V1
. N1
= V2 . N2
100 mL
. 0,05M = V2 · 1M
V2 =
5 ml
· Pembuatan
larutan HCl 0,01M
V1
. N1
= V2 . N2
100 mL . 0,01M =
V2 · 1 M
V2 =
1 ml
·
Penentuan Konsentrasi HCl
Dari
kurva diperoleh volume NaOH saat terjadi titk akhir sebesar 7 ml.
Dik : V1 = 7 ml
V2
= 10 ml
N1 = 0,1
Dit
: N2…………………?
Penyelesaian
:
V1 N1 = V2 N2
7 ml x 0,1 N = 10 ml x N2
N2 = 0,07 N
Normalitas HCl = Molaritasnya= 0,07 M
Jadi, dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,07 M
H.
PEMBAHASAN
Percobaan
yang kami lakukan adalah titrasi konduktometri untuk mengukur daya hantar listrik, titrasi
konduktometri dapat dilakukan untuk larutan yang tergolong kedalam larutan
elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan nonelektrolit kita tidak dapat
menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya
hantar listrik, sehingga akan berhubungan juga dengan adanya ion – ion
dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan.
Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion –
ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.
Dalam
titrasi konduktometri yang kami lakukan penentuan daya hantar listrik sangat
berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan
daya hantar listriknya. Sehingga kita harus menjaga temperature larutan agar
berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari
daya hantar larutan berdasarkan perbedaan konsentrasi dari larutan tersebut.
Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya
memilki daya hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya
hantar listrik yang kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion –ion
dalam larutan tidak dapat bergerak dengan bebas.
Pada
awal percobaan ini kami menentukan konduktivitas setiap larutan HCl dengan
konduktometer. Kami menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
larutan HCl 1 M, 0,5 M, 0,1, 0,005, dan
0,01 M, berikut kurvanya
Dari
kurva diatas terlihat pengaruh dari konsentrasi larutan HCl terhadap nilai daya
hantar listrik dalam suatu larutan, semakin tinggi konsentrsi HCl dalam larutan
maka nilai daya hantar listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Semakin besar jumlah ion dari suatu
larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas).Hal
lain yang mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis
larutan.
Selanjutnya
melakukan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan dengan menggunakan alat
konduktometer untuk mempermudah dalam pengukuran konduktansi suatu larutan.
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke
dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh
permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya
berupa angka konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka
semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada
pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara
tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi
kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin
cepat).
Penambahan titran dalam praktikum
dilakukan secara bertahap menggunakan dosimat Setiap penambahan 1 mL titran
dilakukan pencatatan konduktansi larutan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi. Setelah penambahan titran larutan
dihomogenkan menggunakan stirer magnetik. Hal tersebut dilakukan untuk
mempercepat terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang
ditambahkan benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah
representatif atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya
elektroda dari konduktometer dicelupkan ke dalam larutan dan terukur
konduktansinya. Elektroda tersebut dibersihkan dengan akuades dari sisa larutan
pada pengukuran sebelumnya.
Pada titrasi konduktometri ini kami
menggunakan Titrasi asam
kuat- basa kuat Sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan
ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Dari kurva
terlihat pada volume NaOH dari 0 ml sampai 7 ml
terlihat konduvitas larutan semakin turun hal ini terjadi karena pada
volume ini Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH-
membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang
sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas
molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+
sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir
titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-,
sehingga penambahan NaOH lebih lanjut
akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH-
dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Dari hasil
praktikum diketahui pada saat terjadi
titik akhir titrasi Volume titran sebanyak 7 ml dan konduktivitas larutan
sebesar 0,6 Ms/cm, sehingga diperoleh
konsentrasi HCl sebesar 0,07 dari hasil perhitungan.
Pada percobaan
masih ada penyimpangan, namun penyimpangan ini masih relatf kecil sehingga
diabaikan. Karena konsentrasi HCl yang dibuat dengan cara pengenceran tidak
sama nilainya yang diuji dengan metode titrasi konduktometri. Dimana diketahui
Konsentrasi HCl dengan metode pengenceran sebesar 0,1 namun setelah diuji
dengan titrasi koduktometri konsentrasi HCl sebesar 0,7. Adapun penyebab terjadinya penyimpangan ini
disebabkan antara lain:
1.
Praktikan
kurang terampil dalam mengukur volume dengan menggunakan pipet.
2.
Kesalahan
dalam melakukan pengenceran.
Kesimpulan
1. Semakin
tinggi konsentrasi NaOH
dalam larutan maka akan semakin tinggi
konduktifitasnya.
2. Konsentrasi
dan temperature larutan sangat mempengaruhi besarnyanilai daya hantar listrik
yang dihasilkan.
3. Dari beberapa konsentrasi HCl diperoleh konduktivitasnya
sebagai berikut:
a. HCl 1 M = 199,9 ms/cm
b. HCl 0,5 M = 138,5 ms/cm
c. HCl 0,1 M = 30,6 ms/cm
d. HCl 0,05 M = 15,69 ms/cm
e. HCl 0,01 M = 3,32 ms/cm
4. Semakin
besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar
listriknya (konduktivitas).
5. Dari hasil titrasi diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,7.
I.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Panduan
Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya!!!!!!!!!