I.
PEMBAHASAN
Mencari Kesetaraan mL H2O2 dengan Na2S2O3
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi
dari hidrogen perosida dengan asam iodida. Untuk mencari nilai ekivalen dari H2O2
dilakukan standarisasi dengan Na2S2O3. Namun
karena hidrogen peroksida tidak dapat dititrasi langsung dengan tiosulfat, maka
H2O2 terlebih dahulu distandarisasi dengan KMnO4,
baru kemudian Na2S2O3 distandarisasi dengan
KMnO4, sehingga melalui perbandingan molnya dapat ditentukan
ekivalen dari hidrogen peroksida dengan ion tiosulfat. Dalam praktikum ini yang
mengindikasikan telah habisnya tiosulfat yang ditambahkan dari buret ke gelas
beker adalah perubahan warna larutan. Karena tiosulfat habis maka iod
hasil reaksi hidrogen peroksida dan kalium iodida berlebih karena tidak ada
spesies lain yang menangkapnya. Perubahan warna larutan dari bening akan
menjadi biru. Inilah yang digunakan dalam mengukur waktu habisnya
tiosulfat yang ditambahkan, dimana tiosulfat setara dengan peroksida..
Untuk
mencari ekivalen antara H2O2 dengan Na2S2O3,
hidrogen peroksida direaksikan dengan kalium permanganat pada suasana asam,
sehingga penambahan asam (H2SO4) ini akan dapat
mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+ dan
mempercepat terjadinya reaksi. Asam sulfat yang digunakan mempunyai konsentrasi
cukup tinggi yaitu 2 N dan laju penambahan volum titran dilakukan cukup lambat,
hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya mangan dioksida yang merupakan
katalis yang aktif untuk penguraian hidrogen peroksida.
Reaksi
:
2
MnO4- + 5H2O2 + 6 H+ 2MN2+
+ 5O2 + 8H2O
Larutan
hidrogen peroksida dalam suasana asam tidak berwarna atau bening, akibatnya
pada proses titrasi sedikit saja kelebihan reagen permanganat akan memunculkan
warna pada larutan . Pada percobaan ini titik ekivalen ditandai
dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda pada volum
titran sebesar 10,3 ml. Dan dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi
hidrogen peroksida sebesar 0,103 N.
Pada
standarisasi thiosulfat, kalium permanganat terlebih dahulu direaksikan dengan
KI dalam suasana asam (H2SO4) sehingga akan membebaskan I2.
Di sini juga dilakukan penambahan amilum sehingga larutan yang semula berwarna
kuning berubah menjadi hitam. Adanya indikator amilum dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah iodium habis bereaksi dengan tiosulfat. Karena reaksi antara
iodium dan tiosulfat selalu menghasilkan ion iodida, maka reaksi kembali
berulang dengan terjadinya perubahan warna menjadi seperti semula. Penambahan
indikator amilum dilakukan pada awal reaksi, padahal akibat penambahan ini
dapat terbentuk kompleks I2-amilum yang menyebabkan penggunaan volum
thiosulfat secara berlebih. I2-amilum bereaksi dengan thiosulfat dan
membebaskan ion I- yang tidak berwarna.Reaksi :
2
MnO4- + 10 I- + 16 H+ 5I2
+ 2Mn2+ + 8H2O
I2
+ amilum
I2-amilum
I2-amilum
+ 2S2O32- 2I2 + amilum
+ S4O62-
Pada
titik ekivalen titrasi, larutan berubah dari kuning menjadi merah kecoklatan
dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi natrium thiosulfat sebesar
0,1 N. Indikator amilum digunakan untuk mendeteksi apakah iodium habis bereaksi
dengan tiosulfat. Karena reaksi antara iodium dan tiosulfat selalu menghasilkan
ion iodida, maka reaksi kembali berulang dengan terjadinya perubahan warna
menjadi seperti semula. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa kesetaran
antara H2O2 dan 2S2O3 adalah 1 : 2.
6.2 Laju Reaksi
Reaksi
antara hidrogen peroksida dengan asam iodida merupakan suatu reaksi redoks
dimana hidrogen peroksida merupakan oksidator sedangkan asam iodida bertindak sebagai
reduktornya. Dan tergolong sebagai reaksi orde pertama dimana kecepatan reaksi
hanya bergantung pada satu pereaksi saja, yaitu konsentrasi hidrogen peroksida.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
H2O2
+ 2 HI
I2
+ 2 H2O
Asam
iodida terbentuk karena pengasaman kristal KI dengan asam sulfat pekat. Iodium
yang terbentuk bereaksi dengan tiosulfat yang ditambahkan hingga terjadi
perubahan warna dari yang semula berwarna biru menjadi bening. Apabila
tiosulfat habis bereaksi maka larutan kembali menjadi berwarna biru. Pada
percobaan diperoleh data berupa waktu yang diperlukan oleh hidrogen peroksida
untuk bereaksi menghasilkan iodium dalam larutan. Waktu yang diperlukan oleh
hidrogen peroksida untuk membentuk iodium ini setara dengan waktu yang
diperlukan oleh thiosulfat untuk bereaksi dengan hidrogen peroksida. Jadi,
penambahan thiosulfat sebanding dengan pengurangan hidrogen peroksida dalam
larutan. Dari data tersebut dapat dibuat grafik antara ln perubahan konsentrasi
hidrogen peroksida dengan waktu yang diperlukan untuk reaksi tersebut. Setelah
proses perhitungan, grafik yang diperoleh berupa garis linear yang memiliki
harga slope negatif.
Sesuai dengan persamaan
laju reaksi untuk orde satu, nilai konstanta laju reaksi merupakan lawan dari
slopenya. Jadi, jika slopenya sebesar - 0,0001, maka konstanta laju reaksinya
merupakan kebalikannya yaitu sebesar - 0,0001 s-1. Kelinearan grafik cukup
baik, dengan R2 sebesar
0,996. Nilai regresinya hampir mendekati 1 hal ini membuktikan bahwa reaksi
yang terjadi benar – benar mengikuti reaksi orde satu. Sebab, bila data yang
diperoleh dimasukkan pada persamaan orde 1 dan dibuat grafik kemudian
regresinya tidak mendekati 1 maka reaksi yang berlangsung bukan reaksi orde 1.
Ada beberapa koreksi yang mungkin dapat dijadikan ralat dalam percobaan ini. Misalnya lamanya waktu reaksi untuk penambahan sampai 50 mL Thiosulfat. Dari larutan bening sampai terbentuk warna biru kembali memang relatif lama, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya temperatur, pengadukan yang dilakukan dengan pengaduk magnet yang tidak stabil menyebabkan suhu larutan menjadi tidak konstan. Perubahan suhu inilah yang dapat menyebabkan perbedaan laju reaksi. Faktor lain misalnya tumbukan antar molekul yang kurang sempurna. Pengadukan yang tidak homogen menyebabkan partikel – partikel yang bereaksi tidak dapat saling berinteraksi dengan sempurna. Dalam percobaan ini, kestabilan suhu dan putaran dari pengaduk magnet sulit dijaga agar tetap konstan. Putaran dari pengaduk magnet dipengaruhi pula oleh luas erlenmeyer yang digunakan, semakin luas (lebar), maka pengaduk magnet kurang berfungsi dengan stabil. Faktor – faktor inilah yang mungkin menyebabkan pergeseran laju reaksi antara hidrogen peroksida dengan asam iodida menjadi lebih lambat dari yang seharusnya.
Sebenarnya faktor – faktor yang memperlambat laju reaksi tersebut dapat diimbangi dengan penambahan suatu katalis. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi, namun konsentrasinya tidak dipengaruhi oleh laju reaksi. Cara kerja katalis yaitu dengan menurunkan energi aktivasi reaksi, jadi yang semula energi aktivasinya tinggi menjadi lebih rendah. Katalis yang paling efektif adalah enzim. Kinerjanya sangat baik bila dibandingkan dengan katalis yang lain.
Ada beberapa koreksi yang mungkin dapat dijadikan ralat dalam percobaan ini. Misalnya lamanya waktu reaksi untuk penambahan sampai 50 mL Thiosulfat. Dari larutan bening sampai terbentuk warna biru kembali memang relatif lama, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya temperatur, pengadukan yang dilakukan dengan pengaduk magnet yang tidak stabil menyebabkan suhu larutan menjadi tidak konstan. Perubahan suhu inilah yang dapat menyebabkan perbedaan laju reaksi. Faktor lain misalnya tumbukan antar molekul yang kurang sempurna. Pengadukan yang tidak homogen menyebabkan partikel – partikel yang bereaksi tidak dapat saling berinteraksi dengan sempurna. Dalam percobaan ini, kestabilan suhu dan putaran dari pengaduk magnet sulit dijaga agar tetap konstan. Putaran dari pengaduk magnet dipengaruhi pula oleh luas erlenmeyer yang digunakan, semakin luas (lebar), maka pengaduk magnet kurang berfungsi dengan stabil. Faktor – faktor inilah yang mungkin menyebabkan pergeseran laju reaksi antara hidrogen peroksida dengan asam iodida menjadi lebih lambat dari yang seharusnya.
Sebenarnya faktor – faktor yang memperlambat laju reaksi tersebut dapat diimbangi dengan penambahan suatu katalis. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi, namun konsentrasinya tidak dipengaruhi oleh laju reaksi. Cara kerja katalis yaitu dengan menurunkan energi aktivasi reaksi, jadi yang semula energi aktivasinya tinggi menjadi lebih rendah. Katalis yang paling efektif adalah enzim. Kinerjanya sangat baik bila dibandingkan dengan katalis yang lain.
II.
KESIMPULAN
Kesimpulan
pada percobaan ini adalah :
Kecepatan
reaksi hanya bergantung pada berkurangnya konsentrasi hidrogen peroksida
sehingga reaksi mengikuti reaksi orde satu.
1.
Kinetika
reaksi merupakan suatu besaran dimana hubungan perubahan konsentrasi spesies
reaksi yang terlibat terhadap waktu, diperlihatkan dengan rumusan orde reaksi.
2.
Konsentrasi
hidrogen peroksida hasil standarisasi dengan menggunakan KMnO4 adalah
0,16 N sedangkan konsentrasi tiosulfat adalah 0,103 N.
3.
Perbandingan
ekivalen H2O2 dengan Na2S2O3
ialah 1 : 2.
4.
Persamaan grafik ln (a-b) vs t adalah persamaan y = -0,0003x
+ 4,526
5.
Nilai
konstanta kecepatan reaksi (k) adalah 0,0003 mol L-1 det-1.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Bird,
Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia. Jakarta.
Syukri,
1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya!!!!!!!!!